ASEAN Targetkan CoC LCS Rampung Tengah Tahun

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Selasa, 21 Feb 2017 14:58 WIB
Filipina sebagai ketua ASEAN 2017 menargetkan penyelesaian kerangka kerja kode etik atau COC Laut China Selatan rampung pertengahan tahun ini.
Filipina sebagai ketua ASEAN 2017 menargetkan penyelesaian kerangka kerja kode etik atau COC Laut China Selatan rampung pertengahan tahun ini. (Reuters/Stringer)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Menteri Luar Negeri Filipina bidang kebijakan, Enrique Manalo, menyatakan ASEAN akan mempercepat penyelesaian kerangka kerja kode etik atau Code of Conduct (CoC) sengketa Laut China Selatan sehingga dapat rampung pada pertengahan tahun ini.

Filipina sebagai ketua ASEAN pada 2017 ini memang berharap pembicaraan CoC LCS dapat rampung di bawah kepemimpinannya, di tengah ketegangan Amerika Serikat dan China terkait konflik LCS yang kian menguat belakangan ini.

"Saat ini terdapat lebih banyak tekad [ASEAN] untuk melanjutkan dan menyelesaikan CoC khususnya kerangka kerjanya, dilanjutkan dengan negosiasi sesungguhnya terkait kode etik tersebut," ucap Manalo seperti dikutip Straits Times, Selasa (21/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan Manolo ini disampaikan saat pertemuan tingkat menteri pertama anggota ASEAN sejak Filipina resmi menjadi ketua organisasi regional pada Senin pekan ini.

Meskipun begitu, di sela-sela pertemuan, Manalo menyampaikan bahwa mereka tidak membahas perkembangan isu LCS secara spesifik. ASEAN hanya mencoba memastikan kawasan LCS bisa tetap stabil di tengah potensi konflik maritim yang cenderung tinggi.
Ia menuturkan, konflik masa depan antara Washington dan Beijing terkait LCS bisa masuk di bawah prosedur CoC.

"Ini lah kenapa ASEAN sedang mencoba mengejar [penyelesaian] CoC. Yang utama bagi semua negara ASEAN adalah menyadari pentingnya penyelesaian CoC," kata Manalo.

Sementara itu, Menlu filpina, Perfecto Yasay, berjanji akan mengintesifkan upaya penyelesaian CoC dalam semester pertama tahun 2017 ini. China dikabarkan mendukung sepenuhnya rencana ini.

Pembicaraan CoC ini sudah dilakukan oleh ASEAN dan China sejak lebih dari satu dekade lalu, dengan harapan dapat meredakan ketegangan di kawasan.

Namun, negosiasi berjalan lambat lantaran suara konsesus ASEAN yang dianggap sulit dipahami. China juga berkeras menolak sejumlah aturan yang dianggap menghalangi patroli lautnya di perairan tersebut.
Sengketa LCS bermula saat China mengklaim 90 persen wilayah LCS yang tumpang tindih dengan klaim sejumlah negara lain di Asia Tenggara, seperti Filipina, Brunei, dan Malaysia.

Perairan itu menjadi salah satu jalur perdagangan laut utama yang memiliki nilai mencapai US$5 triliun per tahun, atau sepertiga dari total perdagangan global.

Konflik maritim ini tak kunjung rampung meskipun Pengadilan Arbitrase Permanen (PCA) telah mentapkan bahwa klaim China atas perairan tersebut tidak sah.

Di sisi lain, AS semakin bersikap tegas terhadap keberadaan China di LCS. Meski AS bukan termasuk negara pengklaim dalam sengketa ini, AS memiliki kepentingan untuk mempertahankan perairan ini menjadi perairan internasional.

Sabtu pekan lalu, AS bahkan mengerahkan kapal induk USS Carl Vinson ke LCS, dalam rangka "operasi rutin" maritim.

Menurut pernyataan Angkatan Laut AS, pengangkut 60 pesawat tempur dengan bobot 97 ribu ton ini berlayar mulai Sabtu (18/2), didampingi oleh kapal penghancur rudal Wayne E Meyer.

(has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER