Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian Perancis menggeledah markas Partai Front Nasional (FN) pimpinan politikus sayap kanan, Marine Le Pen, sebagai bagian dari penyelidikan dugaan penyalahgunaan dana Uni Eropa.
Penggerebekan berlangsung di kantor pusat FN di Nanterre pada Senin (20/2), di saat Le Pen sedang berupaya memperbaiki dan meningkatkan citranya di kancah internasional dalam rangka persaingan menuju pemilihan umum presiden April mendatang.
FN menganggap razia pada Senin malam ini dilakukan untuk "mengganggu kelancaran kampanye dan elektabilitas Le Pen dalam pemilu."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Le Pen juga mengecam tindakan polisi yang dinilainya merupakan klaim sepihak dan ilegal ini.
"Saya menentang keputusan sepihak dan ilegal ini yang diambil oleh lawan-lawan politik, tanpa bukti dan tanpa menunggu keputusan keadilan," ujar Le Pen.
Isu ini bermula ketika parlemen Eropa memerintahkan Le Pen untuk mengembalikan dana sekitar 340 ribu euro atau setara dengan Rp4,3 miliar.
Seperti diberitakan
The Guardian, Selasa (21/2), dana tersebut seharusnya digunakan untuk menggaji staf parlemen. Namun, Le Pen dituding menggunakan dana itu untuk membayar pengawal pribadi dan sejumlah rekan politiknya di Paris.
Penyelidik Eropa menuding Le Pen membayar pengawal pribadinya, Thierry legier, lebih dari 41 ribu euro antara Oktober dan Desember 2011. Ia dituduh berbohong dengan mengatakan bahwa Legier merupakan asisten Uni Eropa.
Le Pen juga dituding menggunakan dana Uni Eropa sebesar 298 ribu euro untuk membayar asistennya di Perancis, Catherine Griset, antara Desember 2010 dan 2016.
Hal ini janggal karena untuk menjadi asisten anggota parlemen, seorang individu harus secara fisik bekerja di salah satu dari tiga kantor parlemen Eropa di Brussels, Strasbourg, atau Luksemburg.
Kantor Anti-Penipuan Eropa (Olaf) mendesak Le Pen mengganti uang sebesar 340 ribu itu. Namun, salah satu capres terkuat di Perancis ini menolak.
Penolakan ini berujung pada pemotongan gaji dan tunjangan Le Pen sebagai anggota parlemen, dengan total kehilangan pemasukan per bulan sebanyak 7 ribu euro.
Selain Le Pen, tiga politikus FN di parlemen Eropa lainnya, termasuk ayahnya, Jean-Marie Le Pen, juga diminta pengadilan Eropa untuk mengembalikan uang senilai 600 ribu euro yang diduga disalahgunakan.
Meski begitu, ketiganya tetap menyangkal tudingan penyalahgunaan dana tersebut dan mengatakan tuduhan ini membuat mereka tidak dapat memaksimalkan kinerjanya sebagai anggota parlemen Eropa.
Pekan lalu, pengadilan menolak ajuan banding ketiganya dan tetap mendesak mereka mengembalikan uang tersebut.
(has)