Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi menggerebek rumah kandidat presiden Perancis dari partai konservatif, Francois Fillon, di Paris pada Kamis (2/3) pagi sebagai bagian dari penyelidikan kasus dugaan pemalsuan pendapatan yang menjeratnya.
Saat penggerebekan berlangsung, Fillon tengah berkunjung ke sebuah perkebunan anggur dan tempat pembuatan wine di selatan Perancis sebagai bagian dari kampanye pemilunya.
Diberitakan
AFP, Jumat (3/3), seorang sumber dari tim kampanye Fillon membenarkan penggerebekan ini. Ia mengatakan, razia polisi hanya berlangsung beberapa jam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penggerebakan ini dilakukan setelah polisi merazia kantor Fillon di gedung parlemen pada Januari lalu.
Skandal pemalsuan pendapatan ini bermula saat sang istri, Penelope Fillon, diduga menerima gaji ratusan ribu euro dari pekerjaan yang sebenarnya tidak ia lakukan.
Melansir
The Independent, surat kabar Perancis,
Le Canard Enchaine, menuding Penelope menerima gaji sebesar US$900 ribu sebagai asisten parlemen Fillon selama beberapa tahun.
Namun sebenarnya, Penelope tidak memiliki tanda lolos seleksi untuk pekerjaan dan alamat surat elektronik resmi pegawai parlemen.
Hal ini memunculkan memunculkan kecurigaan, apakah istri pria berusia 62 tahun ini benar-benar melakukan pekerjaan tersebut atau hanya menerima gaji palsu.
Sebelum skandal ini mencuat dalam koran satir sekitar akhir Januari lalu, survei sempat menunjukkan Fillon merupakan capres favorit dalam pemilu. Dia diprediksi menang besar dalam pemilu dua tahap yang akan digelar 23 April dan 7 Mei mendatang.
Namun sejak adanya pemberitaan ini, elektabilitasnya terus jatuh dan kini diprediksi tidak akan bisa menembus pemilihan tahap kedua.
Fillon berkeras menampik segala tudingan ini. Ia menganggap penyelidikan ini merupakan "pembunuhan politik" dan tidak adil.
Walaupun begitu, dia membenarkan kabar bahwa dirinya akan diperiksa polisi terkait skandal "Penelopegate" ini pada 15 Maret nanti. Selain Fillon, istrinya juga dikabarkan telah ditahan polisi untuk diinterogasi terkait kasus ini.
"Saya akan menjawab panggilan polisi, saya menghormati hakim meski apa yang kita lihat ini sepertinya tidak wajar," kata Fillon.
Sejumlah anggota Partai Republik, partainya sendiri, telah menyarankan dia mengundurkan diri dari pemilu.
Politikus Republik yang juga eks perdana menteri, Dominique de Villepin, menuduh Fillon menjebloskan Partai Republik ke dalam jurang dengan munculnya skandal ini.
Namun, itu semua tak menghapus niat Fillon untuk tetap maju dalam persaingan menuju orang nomor satu di Perancis itu.
"Saya tidak akan menyerah, saya tidak akan mundur. Saya akan maju terus karena demorkasi saat ini tengah terancam," katanya.
(has)