Jelas bahwa Trump dan Gedung Putih akan bergeming dihadapkan pada bantahan intelijen soal klaim penyadapan ini. Tapi kini permasalahan baru muncul terkait polemik Amerika-Rusia di era kepemimpinan si pengusaha ini.
Gedung Putih dan perwakilan Partai Republik di Komite Intelijen memicu pertanyaan apakah kebocoran informasi yang mengekspos nama mantan penasihat keamanan Michael Flynn menyusul percakapannya dengan Duta Besar Rusia melanggar hukum.
Mereka juga mengimplikasikan bahwa praktik cepat pemerintahan Obama mungkin ada di balik semua permasalahan ini, mendukung teori konspirasi yang berputar di sekitar Trump dan para pendukungnya di media konservatif.
"Direktur Comey mengatakan kepada Komite Intelijen Dewan bahwa sejumlah politikus di pemerintahan Obama mempunyai akses ke sejumlah nama warga Amerika Serikat yang terekspos, seperti pejabat senior Gedung Putih, pejabat senior Kementerian Kehakiman, dan pejabat senior intelijen," kata Spicer.
"Sebelum Presiden Obama meninggalkan Gedung Putih, Michael Flynn diekspos dan, secara ilegal, identitasnya dibocorkan ke media, meski Direktur NSA menyebut pengungkapan identitas individu membahayakan 'keamanan nasional'," ujarnya menambahkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Comey membenarkan sejumlah pejabat Obama mungkin mempunyai akses ke informasi intelijen yang dimaksud, tapi menolak untuk menyimpulkan apa-apa.
Spicer juga mengatakan bahwa Trump tidak akan meminta maaf kepada Obama atas klaimnya yang kini sudah ditampik. Menurutnya, ada banyak
Respons tersebut sesuai dengan kebiasaan Gedung Putih, selalu enggan meminta maaf meski fakta yang ada bertentangan dengan pernyataannya. Taktik itu bekerja baik untuk Trump selama kampanye.
Serangan balik Gedung Putih juga secara tersirah mempertanyakan legitimasi penyelidikan terhadap tim sukses Trump.
Sebelum Comey bersaksi, Trump menyebut klaim yang menuding tim suksesnya berkolusi dengan Rusia sebagai "berita palsu" dan sebatas trik Partai Demokrat menghadapi hasil pemilu yang buruk.