Jelang Brexit, Qatar Janji Parkir Dana US$6 Miliar di Inggris

CNN Indonesia
Selasa, 28 Mar 2017 05:43 WIB
Investasi Qatar tersebut sekaligus sebagai bentuk dukungannya terhadap keputusan Inggris keluar dari persekutuan Uni Eropa.
Investasi Qatar tersebut sekaligus sebagai bentuk dukungannya terhadap keputusan Inggris keluar dari persekutuan Uni Eropa. (REUTERS/Jack Taylor).
Jakarta, CNN Indonesia -- Jelang malam keluarnya Inggris dari persekutuan negara-negara di Uni Eropa (brexit), Qatar menjanjikan investasi sebesar 5 miliar poundsterling atau sekitar US$6 miliar di Inggris sebagai bentuk dukungannya terhadap negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia tersebut.

Seperti dilansir Reuters, Selasa (28/3), Qatar saat ini tercatat memiliki investasi sebesar 40 miliar poundsterling di Inggris, termasuk investasi di gedung pencakar langit Shard, Harrods Department Store, Hotel Savoy dan sejumlah saham di distrik keuangan Canary Wharf.

Pada referendum brexit yang digelar 23 Juni 2016 lalu, Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa. Hal ini mengejutkan banyak investor. Namun, pemain top industri keuangan Qatar justru melihat peluang dengan mendukung brexit dan menanamkan sejumlah uang senilai US$335 miliar untuk investasi di bidang infrastruktur, kesehatan, dan teknologi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya masih mencari. Bahkan, setelah brexit akan ada kesempatan Qatar Investment Authority (QIA) benar-benar berburu peluang investasi. Kapanpun pemerintah Inggris ingin QIA masuk, kami siap," ujar Kepala Eksekutif QIA Sheikh Abdullah bin Mohammed bin Saud al-Thani.

Perdana Menteri Qatar, Sheikh Abdullah bin Nasser bin Khalifa al-Thani mengatakan, Qatar diharapkan berinvestasi sebesar 5 miliar poundsterling di Inggris selama lima tahun ke depan. Referendum brexit tahun lalu memicu konflik politik terdalam di Inggris sejak Perang Dunia II dan merupakan yang terbesar dalam sejarah hingga membuat mata uang poundsterling bertekuk terhadap dolar.

Keluarnya Inggris dari Uni Eropa yang diperkirakan terjadi pada 2019 mendatang menimbulkan keragu-raguan terhadap pertumbuhan ekonomi Inggris. Bahkan, mencuat pertanyaan, apakah Inggris mampu mempertahankan posisinya sebagai satu-satunya pusat keuangan pesaing New York, Amerika Serikat.

Perdana Menteri Inggris Theresa May mengumumkan Inggris akan keluar dari perserikatan Uni Eropa setelah bergabung selama lebih dari 44 tahun, yaitu pada 1973 silam.

Qatar yang merupakan produsen bahan bakar terbesar di dunia berkontribusi terhadap 90 persen impor Inggris terhadap gas alam cair. "Inggris akan memiliki era baru setelah brexit, negosiasi akan mulai antara negara-negara Eropa. Namun, kami bisa merasakan kekuatan manufaktur Inggris sangat bergantung pada kebutuhan energi," imbuh Menteri Energi Qatar Mohammed bin Saleh al-Sada.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER