Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengerahkan pasukan militer ke daerah Laut China Selatan yang masih kosong untuk mengokupasi dan mengibarkan bendera negaranya di sana.
"Saya sudah memerintahkan pasukan bersenjata untuk mengokupasi semuanya, mendirikan struktur di sana dan mengibarkan bendera Filipina," ujar Duterte ketika mengunjungi kamp militer di Palawan, pulau di dekat kepulauan Spratly.
Kepulauan Spratly dibangun oleh China di daerah sengketa di Laut China Selatan. Duterte mengatakan, sembilan atau sepuluh pulau karang di Kepulauan Spratly merupakan wilayah Filipina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sepertinya semua orang berebut pulau di sana, jadi lebih baik kita tinggal di tempat yang masih kosong. Setidaknya, mari ambil yang merupakan milik kita dan tekankan bahwa itu milik kita," ucap Duterte sebagaimana dikutip
AFP, Kamis (6/4).
Seorang pejabat dari Kedutaan Besar China di Manila terkejut ketika dimintai komentar oleh AFP. Sejak menjabat pada pertengahan tahun lalu, Duterte memang selalu menunjukkan sikap lunak kepada China, berbeda dengan pendahulunya, Benigno Aquino.
Aquino mengajukan tuntutan untuk mempertanyakan klaim China atas 90 persen wilayah di Laut China Selatan. Daerah yang terletak di salah satu jalur perdagangan tersibuk itu juga diklaim oleh Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Brunei.
Hasil keputusan PCA yang menyatakan bahwa klaim China itu tidak sah akhirnya diumumkan sesaat setelah Duterte dilantik. Namun, Duterte malah membuka jalur komunikasi bilateral dengan China untuk membahas sengketa ini.