Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Amerika Serikat memasukkan 271 ahli kimia dan pejabat Suriah di AS dalam daftar hitam, sebagai bentuk sanksi atas dugaan penggunaan senjata kimia oleh pemerintahan Bashar al-Assad ke Khan Sheikhun, awal April.
Departemen Keuangan AS juga menyebut Pusat Penelitian dan Penelitian Ilmiah Suriah (SSRC) bertanggung jawab atas pengembangan gas sarin, yang diduga digunakan dalam serangan yang menewaskan lebih dari 80 orang tersebut.
Bukan hanya orang dewasa, serangan gas beracun itu juga menewaskan anak-anak. Hal itu yang memicu kemarahan komunitas internasional, terutama Negara Barat, yang menuding rezim Assad bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sanksi yang diberlakukan pemerintah AS itu, dilaporkan
AFP, akan membekukan seluruh aset yang dimiliki 271 individu Suriah di Negeri Paman Sam. Selain itu, sanksi tersebut juga akan menghalangi warga ataupun pebisnis AS bertransaksi dengan mereka.
Menurut Prakarsa Ancaman Nuklir, kelompok pemikir yang berbasis di Washington, SSRC merupakan pusat riset utama Suriah, yang punya hubungan dekat dengan militer negara tersebut.
Pusat riset itu sudah dua kali menjadi target sanksi AS, pada 2005 dan 2007, karena dugaan keterlibatan dalam pengembangan senjata penghancur massal.
Kemenkeu AS menegaskan pada Senin (24/4) bahwa SSRC berada di belakang pemerintah Suriah dalam upaya pengembangan senjata kimia, dan berniat menggunakannya.
Adapun 271 orang yang termasuk dalam daftar hitam tersebut terdiri dari ilmuwan yang terkait dengan pengembangan senjata kimia, atau yang pernah terlibat di program tersebut sejak 2012 silam.
"Sanksi ini menargetkan pusat riset untuk serangan senjata kimia yang dilakukan Suriah terhadap warga sipil, wanita dan anak-anak yang tidak berdosa," kata Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin.
“Sanksi ini diharapkan bisa menahan rezim Assad dan mereka yang mendukung rezim, secara langsung atau tidak langsung, atas pelanggara terang-terangan terhadap Konvensi Senjata Kimia dan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2118," ujar Mnuchin, menambahkan.
Di sisi lain, Assad menyebut bahwa serangan itu ‘difabrikasi’ oleh Negara Barat.
Namun, militer AS langsung merespons serangan tersebut pada 7 April, dengan menembakkan 59 rudal penjelajah Tomahawk, guna menghukum pemerintah Suriah dan memperingatkan rezim untuk tidak melakukan serangan lebih lanjut.
Dewan Keamanan PBB juga berupaya menekan Damaskus, namun upaya tersebut gagal, karena Rusia -sekutu dekat Suriah- memveto resolusi tersebut.