Jakarta, CNN Indonesia -- Dua calon presiden Perancis, Emmanuel Macron dan rivalnya, Marine Le Pen, dijadwalkan menggelar kampanye akbar bertepatan dengan Hari Buruh yang jatuh pada Senin (1/5).
Lewat kampanye akbar yang akan digelar di Villepinte, Le Pen berusaha mengejar ketertinggalan angka 19 poin dari hasil survei nasional yang memenangkan Macron.
Le Pen masih mengusung jargon ‘kandidat rakyat’ dan berharap mendapat dukungan tambahan dari kelas pekerja Perancis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, Macron yang menjadi kandidat favorit kaum moderat, akan menggelar kampanyenya di gelanggang konvensi di timur laut Perancis, dekat kompleks riset sains La Villette.
Adapun, selain kampanye akbar dari kedua capres, pusat kota juga akan menjadi lokasi demonstrasi besar-besaran bagi rakyat Perancis. Unjuk aksi warga tersebut guna protes terhadap Le Pen dan partainya, Front National (FN), yang dianggap anti imigran. Sementara kelompok oposisi juga akan menggelar protes untuk menolak kedua capres tersebut.
Aksi demonstrasi buruh juga akan digelar oleh Serikat Pekerja. Selain berdemo, mereka pun akan melakukan
long march sembari mengusung spanduk penolakan Le Pen.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah pemerintahan modern Perancis, kedua kandidat calon presiden tidak berasal dari partai sayap kiri yang tradisional ataupun sayap kanan yang lebih moderat.
Lima tahun lalu, pada 2012, sebelum pemilu presiden, ribuan orang juga mengikuti demonstrasi akbar saat May Day. Pemilu waktu itu memilih Francois Hollande yang beraliran Sosialis dan melengserkan Nicolas Sarkozy dari tampuk eksekutif tertinggi.
 Partai Marine Le Pen, Front National, mendapat banyak tekanan karena diasosiakan sebagai Anti Yahudi. (REUTERS/Pascal Rossignol) |
Le Pen dan Kontroversi Anti YahudiSementara, di Paris, ayah Le Pen, Jean-Marie Le Pen-yang ditendang keluar dari partai oleh putrinya sendiri- akan memimpin aksi protes dari Patung Joan of Arc, yang merupakan ikon partai, menuju Opera House.
Ayah Le Pen berulang kali menyebut bahwa insiden kamar gas Nazi hanyalah ‘detail kecil’ dalam sejarah, yang membuat FN kerap diasosiasikan sebagai anti-Yahudi. Itulah yang membuat Le Pen memecat ayahnya dan terus berusaha membersihkan citra partainya.
Sementara, di hari yang sama 15 tahun lalu, Partai FN juga pernah diprotes habis-habisan oleh warga Perancis, saat Jean-Marie Le Pen sukses menang di kampanye putaran pertama pemilu dan berhadapan dengan Jacques Chirac.
Kemenangan Le Pen senior itu diprotes lebih dari 1,5 juta warga Perancis, termasuk 400 ribu orang di Paris.
Ribuan orang memilih mendukung Chicac yang beraliran konservatif dan memenangkannya menjadi presiden dengan jumlah suara 82 persen, jauh meninggalkan Le Pen senior.
Di sisi lain, Macron, yang jika terpilih akan menjadi presiden termuda dalam sejarah Perancis, berkunjung ke memorial Holocaust di Paris dimana dia disambut oleh Kepala
Rabi Perancis Haim Korsia.
Insiden deportasi kaum Yahudi ke Jerman masih menjadi hal yang sensitif di Perancis.
"Apa yang terjadi tak terlupakan dan tak termaafkan," kata Macron di Tembok Peringatan yang memuat nama 76 ribu Yahudi Perancis yang dideportasi, dan hanya 2500 yang selamat. "Seharusnya tidak terjadi lagi."
Sebaliknya, Le Pen dikritik karena menyebut Perancis tidak seharusnya bertanggung jawab atas insiden yang terjadi tahun 1942 tersebut. Partainya juga kembali mendapat tekanan karena memilih Jean-Francois Jalkh sebagai pemimpin sementara, yang juga diduga anti-Yahudi.
Namun keputusan tersebut segera diralat dan kini FN untuk sementara dipimpin oleh Steve Briois, yang sebelumnya menjabat sebagai Wali Kota Beaumont, kota basis pendukung Le Pen.