Jakarta, CNN Indonesia -- Kandidat Presiden Perancis Emmanuel Macron khawatir jumlah golongan putih (golput) yang tinggi, akan merusak kesempatannya menjadi pemimpin termuda sepanjang sejarah Perancis.
Kecemasan Macron cukup beralasan, pasalnya survei internal menyebut hanya sekitar 35 persen pendukung Jean-Luc Melenchon, capres yang gagal masuk ke putaran ke-dua, yang akan mendukung Macron. Sementara sisanya, menyebut akan menghancurkan kertas suara dan memilih abstain.
Melenchon, pemimpin Partai France Insoumise, memiliki dukungan tujuh juta suara atau terbanyak ke-empat dalam pemilu putaran pertama, 23 April lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, hingga saat ini, Macron masih dijagokan sebagai pemenang dengan 19 poin lebih tinggi dibanding Marine Le Pen, rival utamanya.
Namun, tetap saja jumlah pemilih abstain bisa mengurangi suara Macron di pemilu putaran ke-dua dan memberi keunggulan bagi Le Pen.
Terlebih, hasil polling menunjukkan sebanyak 22-28 persen penduduk memilih golput.
Kendati banyak pemilih sayap kiri tidak menyukai kebijakan anti-imigran dan anti-Uni Eropa yang diusung Le Pen, mereka juga kurang bisa menerima pendekatan ekonomi Macron yang dianggap liberal.
Di sisi lain, kelompok pengusaha, selebriti dan ilmuwan menyatakan dukungannya pada Macron yang dianggap sebagai kandidat ’bukan kiri dan bukan kanan’.
Adapun, pemerintah Perancis menyebut keputusan kelompok sayap kiri untuk abstain merupakan ‘sebuah kesalahan’. Juru bicara pemerintah Stephane Le Foll mengatakan dia tidak mengerti keputusan itu. Dia menambahkan, “Sayap kiri selalu melawan Front National [Partai Le Pen]”.
Alasan lain Macron menjadi favorit sebagai kandidat Presiden Perancis adalah karena banyaknya dukungan dari luar negeri. Salah satunya adalah Mantan Menteri Keuangan Yunani Yanis Varoufakis.
Varoufakis menyebut Macron merupakan "satu-satunya menteri di Eropa yang melakukan berbagai cara untuk membantu Yunani" saat krisis ekonomi tahun 2015.
Le Pen dan Macron akan berhadapan kembali dalam debat jelang pemilu hari ini, Rabu (3/5). Le Pen dipastikan akan tajam menyerang program ekonomi Macron dan menyebut rivalnya itu ’dikendalikan’ para bankir.
Sementara, Macron menolak mentah-mentah tudingan tersebut. Dalam wawancaranya dengan BFMTV, dia mengatakan, “Saya tidak dikendalikan oleh bank, jika iya, saya masih akan bekerja untuk mereka”.