Hassan Rouhani Terpilih Kembali Jadi Presiden Iran

CNN Indonesia
Sabtu, 20 Mei 2017 19:57 WIB
Hassan Rouhani resmi dinyatakan menang dalam pemilu Iran, dan akan menduduki kursi presiden untuk periode kedua dalam empat tahun mendatang.
Hassan Rouhani resmi dinyatakan menang dalam pemilu Iran, dan akan menduduki kursi presiden untuk periode kedua dalam empat tahun mendatang. (AFP/Behrouz Mehri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden petahana Hassan Rouhani dinyatakan menang dalam pemilu Iran pada Sabtu (20/5). Ia meraup 57 persen suara, mengalahkan rivalnya Ebrahim Raisi yang hanya mendapat 38 persen suara.

“Dari sekitar 42,5 juta total suara, Rouhani mendapat 23,5 juta….dan memenangkan pemilu,” kata Menteri Dalam Negeri Iran Abdolreza Rahmanifazli, Sabtu (20/5).

Dalam pemilu yang berlangsung Jumat kemarin itu, Raisi memperoleh 15,8 juta suara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam sistem pemerintahan Iran, kekuasaan presiden memang dibatasi oleh Pemimpin Tertinggi, yang kini dipegang oleh Ayatollah Ali Khamenei. Meski begitu, kemenangan Rouhani dinilai mencerminkan keinginan rakyat Iran akan perubahan, sejalan dengan citra Rouhani sebagai reformis.
Raisi, sementara itu, merupakan anak didik Khamenei dan mewakili kelompok konservatif. Ia juga disebut-sebut oleh media Iran sebagai penerus potensial Khamenei, yang saat ini berusia 77 tahun dan sudah menjabat sebagai pemimpin tertinggi sejak 1989.

Kemenangan Rouhani juga akan meneruskan kesepakatan nuklir yang dicapai pada 2015 dengan negara-negara adidaya.

“Saya sangat senang Rouhani menang. Kami menang. Kami tidak menyerah pada tekanan. Kami menunjukkan kepada mereka bahwa kami masih ada,” kata Mahnas, 37. “Saya ingin dia memenuhi janjinya.”
Rouhani, meski demikian, masih mengahadapi banyak tantangan untuk mengubah Iran. Pemimpin tertinggi Iran memiliki kuasa veto untuk semua kebijakan dan kontrol mutlak atas pasukan keamanan.

Rouhani masih belum berhasil membebaskan banyak pemimpin reformis dari status tahanan rumah, dan media bahkan masih dilarang mempublikasikan berita atau foto terkait pendahulunya yang juga dikenal sebagai reformis, Mohammad Khatami.

“Pemilu presiden dua dekade terakhir merupakan euforia yang diikuti oleh bertahun-tahun kekecewaan,” kata Karim Sadjadpour, pengamat soal Iran dari Carnegie Endowment. “Demokrasi di Iran dibolehkan merekah hanya beberapa hari setiap empat tahun, sedang autokrasi berlangsung selamanya.”
Ke depan, Rouhani juga harus menghadapi hubungan yang rumit dengan Washington, setelah Donald Trump terpilih menjadi presiden.

Meski sanksi Iran terkait program nuklir dicabut pada 2016, persoalan hak asasi manusia dan terorisme masih menjadi ganjalan investasi di Iran, menyandera perekonomian negara itu.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER