Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan simpati bagi korban serangan teror di Teheran pada Rabu (7/6). Namun, taipan
real estate itu mengatakan, insiden itu terjadi akibat ulah Iran sendiri yang selama ini dianggapnya mendukung terorisme.
"Kami berduka dan berdoa bagi para korban teror di Teheran dan bagi seluruh warga Iran yang menghadapi masa-masa sulit seperti itu," tutur Trump dalam sebuah pernyataan singkat, Kamis (8/6).
Melanjutkan pernyataannya, Trump berkata, "Kami menggarisbawahi bahwa negara-negara yang menjadi sponsor terorisme akan menjadi korban kejahatan yang mereka lakukan sendiri."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak lama setelah Trump merilis pernyataan ini, Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, angkat bicara dan mengatakan bahwa komentar sang Presiden AS itu menjijikan.
"Pernyataan Gedung Putih menjijikan, ketika warga Iran [tengah] melawan teror yang didalangi pihak-pihak AS," tutur Zarif melalui akun Twitter-nya, Rabu (8/6), seperti dikutip
AFP.
Selama ini, Trump memang kerap menyampaikan komentar miring tentang Iran, termasuk menuding Teheran mendanai teroris.
Semasa kampanye pemilu tahun lalu, konglomerat asal New York itu juga bersumpah salah satu prioritasnya adalah menghentikan kesepakan nuklir Iran 2015.
Saat Konferensi Tingkat Tinggi Negara Islam-AS di Riyadh, Arab Saudi, berlangsung beberapa waktu lalu, Trump bahkan menyerukan dunia internasional mengucilkan Iran.
Dia berujar, sampai rezim di Iran bersedia bekerja sama untuk perdamaian, seluruh negara harus bersama mengucilkan negara itu "dan berdoa untuk hari ketika orang-orang Iran memiliki pemerintahan adil dan benar yang sangat layak mereka dapatkan."
Meski Washington menunjukan rasa simpatinya, Senat AS malah mempercepat pembentukan undang-undang berisikan penerapan sanksi baru bagi Teheran dengan karena menganggap rezim Presiden Hassan Rouhani mendukung terorisme internasional.
Anggota Senat dari Partai Demokrat, Dianne Feinstein, mengatakan saat ini merupakan waktu yang kurang tepat bagi AS untuk menerapkan sanksi baru bagi Iran.
Menurutnya, Washington seharunsya memberikan Teheran waktu untuk memulihkan keadaan pasca serangan teroris pertama di negara itu sejak 2008 lalu.
"Negara itu [Iran] baru saja dilanda dua serangan teroris yang signifikan di era pemerintahan baru yang lebih moderat. Kita harus berikan kesempatan bagi Iran menetapkan langkah baru," kata Feinstein, seperti dikutip
AFP.
Serangan terbaru di Teheran pada Rabu pagi dimulai ketika tiga orang bersenjata menyerang gedung parlemen. Empat orang lainnya secara terpisah melakukan aksi serupa di makam Ayatollah Khomeini.
Insiden ini memakan setidaknya 12 korban jiwa. Kelompok teror ISIS mengklaim bertanggung jawab atas insiden ini, kemudian merilis video yang diduga menunjukkan aksi para pelaku teror tersebut.