Jakarta, CNN Indonesia -- Jepang akan membangun empat stasiun radar di pulau-pulau di Laut Sulu untuk membantu pemerintah Filipina mencegah pembajakan kapal yang kerap dilakukan oleh kelompok bersenjata di Mindanao.
Sejumlah sumber mengatakan kepada
Reuters, perjanjian pembangunan itu akan tertuang dalam kesepakatan yang kemungkinan ditandatangani oleh Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, dan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, pekan depan.
Abe memang dijadwalkan bertandang ke Filipina pada Senin (13/11), setelah menghadiri forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Vietnam akhir pekan ini.
Sumber anonim itu mengatakan, perjanjian ini sangat penting bagi Tokyo karena Laut Sulu merupakan jalur pelayaran kapal dagang yang cukup sibuk menuju Jepang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perairan di daerah itu adalah jalur perairan penting bagi kapal dagang menuju pelabuhan-pelabuhan Jepang," ucap sumber tersebut.
Biaya pembangunan stasiun radar dan pelatihan bagi para petugas coastguard itu diambil dari bujet Dana Pembangunan Luar Negeri Jepang (ODA).
Seorang sumber lainnya mengatakan bahwa pembangunan stasiun radar ini merupakan bagian dari paket bantuan yang mencakup pemberian perangkat helikopter untuk militer Filipina, juga pembiayaan proyek infrastruktur, seperti jalur kereta dan pembangunan kembali Kota Marawi.
Dengan bantuan ini, Tokyo berharap dapat memperkuat hubungan ekonomi dan keamanan dengan Manila di tengah meningkatnya pengaruh China di kawasan.
Namun, hingga kini, pihak Kementerian Luar Negeri Jepang belum mau mengungkap rincian dari bantuan untuk Filipina ini.
"Jepang mengetahui pentingnya melawan pembajakan di kawasan itu dan ingin membantu, tapi kami tidak bisa membicarakan proyek detailnya," ucap seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Jepang.
Laut Sulu memang kerap menjadi target pembajakan oleh sejumlah kelompok bersenjata yang berbasis di selatan Filipina, terutama Abu Sayyaf.
Merujuk data Kesepakatan Kerja Sama Kawasan untuk Melawan Pembajakan dan Perampokan Bersenjata terhadap Kapal di Asia (ReCAAP), pada paruh pertama 2017 saja sudah terjadi 30 pembajakan, enam di antaranya menggunakan senjata.
Warga negara Indonesia juga tak lepas dari pembajakan itu. Hingga kini, masih ada tujuh nelayan dan awak kapal Indonesia yang disandera oleh Abu Sayyaf setelah kapalnya dibajak di sekitar perairan Sulu.
(has)