Jakarta, CNN Indonesia -- Penulis sekaligus aktivis Muslim asal
Australia, Yassmin Abdel-Magied, mengatakan dirinya ditolak masuk ke
Amerika Serikat pada Rabu (11/4).
Tak lama setelah mendarat di Bandara Minneapolis, petugas imigrasi mencegat dan memerintahkan Abdel-Magied keluar dari AS. Advokat hak perempuan, pemuda, sekaligus kelompok minoritas itu berencana menghadiri sebuah diskusi sebagai pembicara.
"Baru tiga jam mendarat di Minneapolis dan saya malah berada di pesawat untuk kembali. Saya pikir pengetatan aturan imigrasi masih berlaku meski saya berpaspor Australia. Saya pergi sekarang," kicau Abdel-Magied melalui akun Twitternya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abdel-Mageid memaparkan pihak berwenang bandara menyita ponsel, dan paspornya. Selain itu, visa perempuan 27 tahun itu juga ditolak.
Dia mengatakan hingga kini tak ada penjelasan mengenai alasan petugas imigrasi memperlakukannya seperti itu.
"Mereka yang menganggap dunia itu tanpa batas adalah orang-orang yang memiliki paspor dan tempat kelahiran yang tepat," katanya seperti dikutip
AFP.
Abdel-Magied semula dijadwalkan menghadiri sebuah diskusi yang diselenggarakan PEN International, organisasi pemerhati hak kebebasan berekspresi, pada 18 April mendatang. Diskusi itu bertemakan ujaran kebencian terhadap perempuan Muslim.
Lahir di Sudan, Abdel-Magied pindah ke Australia pada 1992 silam, saat usianya masih satu tahun. Dia pernah mendapat gelar Queensland State Young Australian of the Year.
Dia juga pernah bekerja sebagai presenter
Australian Broadcasting Corporation (ABC) dan bekerja di Dewan Pemerintah untuk Urusan Hubungan Australia dan Negara Arab. Tahun lalu, lulusan teknik mesin itu memutuskan untuk pindah ke London, Inggris.
Abdel-Megeid pernah dikecam warga Australia karena mengaitkan peringatan hari Anzac dengan konflik global dan penderitaan pengungsi yang ditahan di kamp-kamp lepas pantai Australia. Hari Anzac menandai pendaratan nahas militer Australia dan Selandia Baru di Turki saat Perang Dunia I, 1915 lalu.
Menanggapi deportasi Abdel-Megeid, Menteri Kewarganegaraan dan Multikultural Australia Alan Tudge hanya mengatakan urusan visa AS sepenuhnya kewenangan pemerintah setempat.
"Memang tidak biasa bagi seorang warga Australia untuk tidak diberikan visa kunjungan ke Amerika. Tetapi saya tidak mengetahui rincian kasus ini," kata Tudge kepada wartawan.
"Saya hanya tidak mengerti detail yang mendasari kasus penolakan masuk ke AS ini, apakah yang bersangkutan punya visa turis atau tidak, mungkin ada bukti dia akan melakukan hal lain selain menjadi turis di sana."
(aal)