Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Donald Trump memerintahkan serangan ke Suriah dalam satu operasi militer bersama Inggris dan Perancis sebagai tanggapan atas dugaan penggunaan senjata kimia di daerah kekuasaan pemberontak di Ghouta Timur.
"Saya baru saja memerintahkan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat melancarkan serangan ke target-target yang berkaitan dengan kemampuan senjata kimia diktator Suriah, Bashar al-Assad," ujar Trump, Jumat (13/4).
Seorang pejabat AS mengatakan kepada
Reuters bahwa ada beberapa target serangan tersebut. Menurut sumber tersebut, AS juga akan menggunakan rudal Tomahawk dalam operasi ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tujuan dari tindakan kami adalah untuk memberikan perlawanan keras terhadap produksi, penyebaran, dan penggunaan senjata kimia," ucap Trump.
Trump kemudian kembali menyatakan protesnya kepada Rusia dan Iran yang selama ini menjadi sekutu terkuat rezim Assad.
"Kepada Iran dan Rusia, saya bertanya, negara macam apa yang ingin dikaitkan dengan pembunuhan massal pria, perempuan, dan anak-anak tak bersalah?" tutur Trump.
Namun, Perdana Menteri Inggris, Theresa May, mengatakan bahwa serangan ini bukan untuk menggulingkan satu rezim, tapi tindakan pencegahan kematian orang tak bersalah akibat senjata kimia.
"Ini bukan masalah intervensi perang sipil. Ini bukan masalah perubahan rezim. Ini masalah serangan terbatas dan punya target, yang tidak meningkatkan ketegangan di kawasan dan salah satu cara mencegah kematian warga sipil," kata May.
Presiden Perancis, Emmanuel Macron, pun mengatakan bahwa ia memerintahkan serangan ini untuk mencegah penggunaan senjata kimia.
"Kami tidak bisa menoleransi normalisasi penggunaan senjata kimia," ucap Macron.
Ketiga pemimpin negara ini memang sudah memberi isyarat akan memberikan tanggapan tegas atas penggunaan senjata kimia yang disebut-sebut dilakukan oleh militer Suriah.
Serangan di daerah kekuasaan pemberontak di Douma, Ghouta Timur, pada pekan lalu itu merenggut 60 nyawa dan melukai 1.000 orang lainnya.
(has)