Saling lontar kecaman itu terus bergulir setidaknya sampai awal tahun 2018 sebelum
Korut mulai menunjukkan itikad baiknya berdialog dengan
Korsel dan
AS.Pada 3 Januari 2018, Trump masih merasa panas dengan ancaman Kim terhadap negaranya. Dia balik mengancam Kim dengan memamerkan kekuatan AS, menyebut tombol nuklirnya lebih besar dan kuat daripada yang dimiliki Pyongyang.
"Pemimpin Korut Kim Jong-un mengatakan bahwa tombol nuklirnya selalu berada di atas meja setiap waktu. Adakah seseorang dari rezimnya yang kelaparan itu bisa memberitahu dia bahwa saya juga memiliki tombol nuklir yang lebih besar dan lebih kuat dari miliknya, dan tombol saya bekerja dengan baik!" bunyi kicauan Trump.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, sejak itu Kim Jong-un berangsur menurunkan amarahnya terhadap AS. Dalam pidato menyambut tahun baru, untuk pertama kalinya ia menunjukkan itikad baik degan menyatakan mau memulai dialog dengan dunia internasional terutama saudaranya di selatan, Korsel.
Sejak itu, Korut terus menunjukkan sikap baiknya yang ingin memulihkan hubungan dengan Korsel, bahkan AS, setelah selama 2017 diwarnai retorika perang dan senjata nuklir.
Sejak itu pula, Korut terus menunjukkan komitmen terhadap intensinya bernegosiasi soal denuklirisasi di Semenanjung Korea.
“Progres yang memungkinkan sedang digodok oleh Korea Utara. Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, upaya serius telah dilakukan oleh seluruh pihak yang terlibat. Dunia sedang melihat dan menunggu! Mungkin ini harapan palsu, tapi AS siap mendukung ke arah itu [denuklirisasi],” kicau Trump.
Melalui pernyataannya, Trump juga terus mendukung Korut yang berangsur mengarah pada perubahan possitif sesuai keinginannya. Politikus Partai Republik itu juga terus mendukung rencana pertemuan bersejarahnya dengan Kim.
(nat)