Jakarta, CNN Indonesia -- Peristiwa letusan
Gunung Anak Krakatau yang memicu
tsunami di Selat Sunda dua pekan lalu membuat sejumlah pakar kegempaan dan bencana dunia khawatir. Mereka berharap pemerintah Indonesia lebih tanggap dan sigap terhadap potensi bencana alam.
Menurut pakar gempa dari Universitas Southampton, Stephen Hicks rancangan persiapan pencegahan bencana Indonesia seharusnya turut dipertimbangkan. Sebab, Indonesia berada di wilayah Cincin Api yang rawan terjadi aktivitas seismik dan gunung api.
"Indonesia telah memperlihatkan kepada dunia banyak kegiatan alam bisa menjadi pemicu tsunami. Mereka harus melakukan lebih banyak penelitian untuk menelaah hal-hal yang mulanya tidak dianggap menjadi faktor penting yang memicu bencana," kata Hicks, seperti dilansir
Reuters, Senin (31/12).
Hanya saja Hicks mengakui kalau tidak seluruh bencana bisa diantisipasi meski sudah memasang perangkat deteksi dini. Menurut dia banyak hal bisa menyebabkan bencana tidak bisa diketahui lebih awal, selain peralatan yang tidak berfungsi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemungkinan alat itu tidak sanggup mendeteksi tsunami, perairan yang dangkal, dasar laut yang tidak rata, dan jarak yang terlampau dekat ke daratan," kata Hicks.
Sedangkan menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Filipina, Renato Solidum mengatakan mereka punya pengalaman soal tsunami diakibatkan oleh aktivitas gunung api Taal. Dia menyarankan pemerintah Indonesia harus lebih siap dan waspada dengan potensi bencana yang ada di wilayah.
Di sisi lain, ternyata Jepang yang juga kerap dilanda gempa bumi menyatakan mereka belum tentu bisa mendeteksi tsunami seperti yang terjadi di Selat Sunda. Apalagi hingga saat ini masih ada ratusan gunung api yang masih aktif di Negeri Sakura.
"Kami masih mempunyai resiko di Jepang, sebab ada 111 gunung api aktif dan alat pemantau masih sangat sedikit yang bisa mendeteksi apakah letusan gunung bisa menyebabkan tsunami," kata Kepala Institut Penelitian Bencana Internasional Jepang, Fumihiko Imamura.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan korban tewas akibat tsunami di Selat Sunda mencapai 437 jiwa, sembilan jenazah belum teridentifikasi. Sedangkan korban luka mencapai 1.459 orang.
Tsunami di Selat Sunda diduga kuat terjadi akibat longsoran badan Gunung Anak Krakatau sebanyak 180 juta kubik meter. Hal itu akibat letusan.
Ilmuwan sejak lama memperingatkan potensi longsor Gunung Anak Krakatau. Hasil penelitian itu dipaparkan pada 2012 oleh Masyarakat Geologi London.
(ayp/ayp)