Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah peristiwa terjadi di berbagai negara pada Selasa (16/7) kemarin. Mulai dari Indonesia mengecam penghargaan dari Dewan Kota Oxford untuk Ketua Persatuan Gerakan Pembebasan untuk Papua Barat (ULMWP), Benny Wenda, hingga gembong narkoba Meksiko, El Chapo, divonis seumur hidup. Semua dirangkum
CNNIndonesia.com dalam kilas internasional.
1.
Indonesia Kecam Penghargaan untuk Tokoh Separatis Benny WendaDewan Kota Oxford, Inggris dilaporkan memberi memberikan penghargaan Oxford Freedom of the City Award kepada Ketua Persatuan Gerakan Pembebasan untuk Papua Barat (ULMWP), Benny Wenda, pada Rabu (17/7) lalu. Namun, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri mengecam keputusan itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam keterangan yang dilansir pada Kamis (18/7), Kedutaan Besar Republik Indonesia di London menyatakan pemberian penghargaan itu keliru. Menurut pemerintah Benny adalah tokoh separatis dan pendukung penggunaan kekerasan dalam mencapai tujuan politiknya untuk memisahkan Papua Barat dari Indonesia.
[Gambas:Video CNN]"KBRI London mempertanyakan dasar pemberian penghargaan tersebut kepada yang bersangkutan sebagai 'peaceful campaigner for democracy' di tengah banyaknya bukti yang mengaitkan yang bersangkutan dengan berbagai kekerasan bersenjata yang terjadi di Papua," demikian isi pernyataan KBRI London.
Benny mendapatkan suaka dari pemerintah Inggris pada 2002. Sejak itu dia terus berkampanye untuk memisahkan Papua Barat dari kantornya di Oxford.
2.
Dewan Perwakilan Tolak Usul Anggota Kongres Makzulkan TrumpDewan Perwakilan Amerika Serikat menolak usulan seorang anggota Kongres dari Partai Demokrat, Al Green, untuk memulai proses pemakzulan Presiden Donald Trump, Rabu (17/7).
Berdasarkan hasil pemungutan suara, sebanyak 332 anggota Dewan Perwakilan menolak usulan Al Green, sementara 95 lainnya mendukung gagasan itu.
Dari total 332 anggota Dewan Perwakilan yang menolak usulan itu, sebanyak 235 di antaranya merupakan politikus Demokrat. Sementara itu, seluruh anggota Partai Republik di majelis itu menolak gagasan Al Green.
[Gambas:Video CNN]Melalui kicauan di Twitter, Trump menganggap hasil pemungutan ini memperjelas bahwa upaya pemakzulannya dari Gedung Putih sudah "berakhir".
"(Usulan) ini mungkin proyek paling konyol dan menghabiskan waktu yang pernah saya kerjakan. Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi lagi pada Presiden AS lainnya," kata Trump.
3.
Boeing Janji Segera Santuni Korban Lion Air dan Ethiopian AirPerusahaan pembuat pesawat asal Amerika Serikat, Boeing, menyatakan segera membayarkan uang santunan kepada seluruh keluarga korban meninggal dalam kecelakaan pesawat 737 MAX 8 yang dialami oleh maskapai Lion Air dan Ethiopian Airlines beberapa waktu lalu. Namun, jumlah kompensasinya hanya US$50 juta (sekitar Rp697 miliar) dari anggaran yang disiapkan Boeing sebesar US$100 juta (sekitar Rp1,4 triliun).
Seperti dilansir
Reuters, Kamis (18/7), Boeing secara khusus menyewa seorang ahli ganti rugi Ken Feinberg untuk mengurusi pembayaran uang santunan itu. Dia menyatakan bersama anak buahnya bakal segera membuat aturan klaim bagi keluarga korban.
[Gambas:Video CNN]Sisa anggaran yang disiapkan Boeing akan dibagi-bagi kepada pemerintah Indonesia dan Ethiopia yang menjadi lokasi kecelakaan, serta sejumlah lembaga nirlaba yang membantu keluarga korban.
4.
Gembong Narkoba Meksiko El Chapo Divonis Penjara Seumur HidupHakim pada Pengadilan Negeri Brooklyn, New York, Amerika Serikat menjatuhkan putusan penjara seumur hidup kepada gembong narkoba asal Meksiko, Joaquin "El Chapo" Guzman Loera (62). Salah satu pertimbangan hakim memberikan vonis itu adalah karena kejahatan yang dilakukan El Chapo luar biasa kejam.
Seperti dilansir
Reuters, Kamis (18/7), Hakim Distrik Brooklyn, Brian Cogan, juga menjatuhkan hukuman tambahan 30 tahun penjara kepada Guzman.
[Gambas:Video CNN]Hakim juga memutuskan menyita seluruh kekayaan El Chapo yang diperkirakan bernilai US$12,6 miliar. Proses peradilannya digelar selama 11 bulan dengan menghadirkan sejumlah saksi yang juga orang-orang dekatnya.
Usai mendengar putusan, Guzman mengaku kecewa. Dia menuduh sidang itu sengaja digelar terbuka untuk membentuk opini masyarakat,
"Saya merasa emosi dan jiwa tersiksa seharian penuh. Karena pemerintah AS memutuskan mengirim saya ke penjara di mana nama saya kemungkinan tidak akan pernah terdengar lagi, saya menggunakan kesempatan ini untuk menyatakan tidak ada keadilan di sini," kata Guzman.
(ayp)