Membandingkan Wabah SARS, MERS, dan Virus Corona

CNN Indonesia
Jumat, 13 Mar 2020 08:45 WIB
SARS, MERS, dan virus corona (Covid-19) merupakan penyakit akibat saluran pernapasan yang mematikan. Ketahui perbedaan ketiganya.
Amerika Serikat merupakan salah satu dari 37 negara yang melaporkan kasus SARS. (Foto: Johannes EISELE / AFP)
Jakarta, CNN Indonesia -- Virus corona (Covid-19) hingga Kamis (12/3) tercatat sudah menginfeksi 126.061 orang di 118 negara di dunia. Berdasarkan perhitungan situs pelaporan daring Worldometers, sekitar 67.064 orang dinyatakan sembuh dan 4.616 meninggal dunia.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menaikkan status virus corona sebagai pandemi karena penyebarannya secara universal. Di samping itu, ada tiga kriteria umum yakni virus dapat menyebabkan kematian atau penyakit, penularan virus orang-ke-orang yang berkelanjutan, dan bukti penyebaran ke seluruh dunia.

Penyebaran virus corona sejauh ini kerap dikaitkan dengan virus serupa yakni SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). Dibandingkan Covid-19, tingkat kematian akibat SARS yang penyebarannya masuk dalam kategori epidemi justru lebih tinggi yakni mencapai 9,6 persen. Namun jumlah pasien meninggal akibat SARS jauh lebih rendah dibanding Covid-19.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain SARS, Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV) juga masuk dalam kategori penyakit epidemi lantaran penyakit menyebar secara aktif. Jika sumber penyebaran SARS dan Covid-19 dari negara Asia, MERS justru berasal dari Timur Tengah.

SARS

SARS pertama kali teridentifikasi pada November 2002 di Provinsi Guandong, China selatan. Dalam hitungan beberapa bulan, SARS menyebar ke 37 negara di Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, dan Asia. Termasuk diantaranya Jepang, Singapura, Kanada, Vietnam, Jerman, Amerika Serikat, Taiwan, Thailand, Swiss, Italia, Australia, dan Brasil.

Penyebaran SARS masuk dalam kategori epidemi sejak merebak ke sejumlah negara di dunia pada Juli 2003.

Secara umum, orang yang didiagnosa mengidap SARS merasakan demam tinggi lebih dari 38 derajat Celcius. Selain itu, pasien akan merasakan gejala lain seperti sakit kepala, gangguan pernapasan, dan sekujur tubuh terasa sakit.

[Gambas:Video CNN]

Sekitar 10 hingga 20 persen pasien yang divonis SARS juga mengalami diare. Setelah dinyatakan positif dalam tempo dua hingga tujuh hari, pasien SARS akan mengalami batuk kering dan pneumonia.

Virus SARS diduga berasal dari kotoran kelelawar yang kemudian terkena kontak dengan manusia. SARS disebut paling mudah menular melalui cairan batuk atau bersin dari orang yang terinfeksi dalam jarak dekat. Virus ini disebut juga bisa mengkontaminasi permukaan atau benda sehingga orang yang menyentuhnya kemungkinan besar akan tertular.

WHO melaporkan jumlah kasus positif SARS di seluruh dunia mencapai 8.437 orang dengan 813 dinyatakan meninggal. Dalam waktu delapan bulan sejak kasus pertama kali dilaporkan, tercatat ada 8.096 orang dinyatakan positif mengidap SARS.

Tingkat kematian SARS terhitung rendah yakni sekitar 9,63 persen. Korban meninggal terbanyak tercatat di China dan Hong Kong.

Mengutip laporan NBC News, butuh waktu sekitar delapan bulan bagi virus SARS menyebar ke pasien lain. Sementara untuk tingkat kematian dibutuhkan waktu setidaknya 8,5 bulan.

Jika dikategorikan berdasarkan usia kematian, SARS menjadi penyakit mematikan bagi lansia yang berumur di atas 70 tahun. Sementara usia kematian 60-an tahun masuk dalam kategori kedua terbesar akibat SARS.

Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat, sejak 2004 tidak ada lagi laporan infeksi SARS.

Lanjut ke halaman berikutnya: MERS

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER