Meskipun berbagai insiden di perbatasan China-India telah menjadi tren umun, setidaknya di satu kesempatan India mengakui ada campur tangan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) ke wilayahnya.
PLA dilaporkan memasuki 10 kilometer wilayah India di timur Ladakh dan mendirikan sebuah kamp tentara perbatasan pada 15 April 2013.
Sebanyak 68 insiden terjadi pada periode 2003 hingga 2014 diberitakan oleh tiga surat kabar India. Times of India melaporkan 27 insiden, The India Express melaporkan 22 insiden, dan 19 insiden yang dilaporkan oleh The Hindu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak lama India dikabarkan telah mengusulkan upaya untuk mengklarifikasi perbedaan persepsi tentang LAC demi mencegah terjadinya insiden baru. Akan tetapi China menolak upaya itu dan menganggapnya hanya menambah kerumitan pada perundingan perbatasan yang sedang berlangsung.
Putaran pembahasan ke-22 antara Perwakilan Khusus, Penasihat Keamanan Nasional Ajit Doval dan Anggota Dewan Negara China, Wang Yi yang diadakan di New Delhi pada Desember 2019 mencapai kesepakatan penyelesaian awal atas perbatasan yang menjadi kepentingan mendasar kedua negara.
Mereka juga bertekad mengintensifkan upaya untuk mencapai solusi yang adil, masuk akal, dan dapat diterima bersama.
Pada 2005, kesepakatan tentang parameter politik dan prinsip-prinsip panduan menjadi tahap pertama dari tiga tahap pembicaraan. Tahap ini juga paling sulit karena melibatkan persetujuan kerangka kerja untuk menyelesaikan perselisihan di semua sektor. Sementara langkah terakhir akan melibatkan penggambaran dan demarkasi perbatasan dalam peta dan di lapangan.
![]() |
Dilansir dari The Hindu, prospek penyelesaian perbatasan ini dinilai masih jauh dari kata sepakat. Perbedaan utama ada di sektor barat dan timur. India melihat China menempati 38 ribu kilometer persegi di Aksai Chin. Di timur, China mengklaim wilayah seluas 90 ribu kilometer persegi membentang di seluruh Arunachal Pradesh.
China memerintahkan pertukaran pada 1960 dan pada awal 1980-an, yang intinya untuk melegalkan status quo. Saat ini kedua pihak mengesampingkan status quo untuk menyelesaikan sengketa dan menyetujui penyesuai yang bisa saling menguntungkan.
Di saat bersamaan, solusi paling realistis hanya akan melibatkan sedikit penyesuaian di sepanjang LAC, mengingat kedua pihak tidak bersedia melepas wilayah yang selama ini diklaim.
Perjanjian 2005 mengatakan kedua belah pihak 'akan menjaga kepentingan warga yang menetap di daerah perbatasan'. Di satu titik tertentu, dalam beberapa tahun terakhir klaim China terhadap Tawang di Arunachal Pradesh semakin sering dijadikan rujukan sebagai pernyataan resmi bagi publik.
Dai Binggup yang merupakan pendahulu Anggota Dewan Negara China, Wang Yi pada 2017 mengatakan jika sengketa di sektor timur tidak dapat dipisahkan dari Tibet China terkait latar belakang budaya dan yurisdiksi.
"Wilayah yang disengketakan di sektor timur termasuk Tawang tidak dapat dipisahkan dari Tibet China dalam latar belakang budaya dan yurisdiksi administratif," ujar Dai.
Di sisi lain, India berkeras hubungan bilateral dengan China secara mendasar tidak akan membaik hingga perselisihan mengenai daerah perbatasan diselesaikan.
(ans/evn)