Trump Berkeras Ledakan Beirut Adalah Serangan

CNN Indonesia
Kamis, 06 Agu 2020 16:50 WIB
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, masih berkeras dengan pendapatnya soal ledakan di Beirut, Libanon, adalah serangan pihak-pihak tertentu.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. (AP/Alex Brandon)
Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, masih berkeras dengan pendapatnya soal ledakan di Beirut, Libanon, adalah serangan yang dilakukan pihak-pihak tertentu.

"Sebagian mengatakan itu adalah serangan, lainnya mengatakan bukan. Apapun yang terjadi, hal itu sangat buruk dan banyak orang tewas dan yang luka-luka juga juga cukup banyak, an kami akan terus mendukung mereka," kata Trump berkeras, dalam jumpa pers di Gedung Putih, Washington D.C., seperti dilansir Associated Press, Kamis (6/8).

Usai ledakan terjadi di Beirut, Trump langsung mengklaim mendapat laporan dari sejumlah perwira tinggi militer bahwa ada dugaan kejadian itu adalah serangan. Namun, Menteri Pertahanan Mark Esper, membantah pernyataan Trump dan menyatakan kejadian itu adalah kecelakaan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akan tetapi, Trump terus mengatakan ada dugaan kejadian itu memang disengaja.

"Bagaimana Anda bisa mengatakan ada seseorang yang tidak sengaja meninggalkan alat pemicu di sana, dan mungkin itu yang terjadi. Mungkin itu memang serangan," ujar Trump.

"Saya pikir belum ada yang bisa mengatakannya saat ini. Kita akan melihat hal itu dengan seksama. Walau itu bukan sebuah bom yang sudah diatur, hal itu tetap berakhir seperti bom. Saya mendapatkan dari dua sisi. Kejadian itu bisa berupa serangan dan juga bisa merupakan sebuah tindakan yang mematikan," lanjut Trump.

Kepala Staf Gedung Putih, Mark Meadows, membela Trump dan mengatakan dia juga mendapat informasi itu dari kalangan militer.

"Presiden membagi apa yang dia dapat dalam taklimat kepada warga AS secara utuh, saya bisa menjamin itu," ujar Meadows.

Meski begitu, sejumlah perwira di angkatan bersenjata AS menyatakan tidak tahu siapa yang memberi tahu informasi itu kepada Trump.

Perdana Menteri Libanon, Hassan Diab, menyatakan Rabu kemarin sebagai hari berkabung nasional akibat ledakan itu.

Korban meninggal dalam ledakan di Beirut, dilaporkan mencapai 135 orang. Kementerian Kesehatan Libanon menyatakan 5.000 orang luka-luka akibat kejadian itu.

Ledakan itu diduga dipicu oleh kebakaran yang berawal dari petasan yang tersulut di gudang pelabuhan Beirut, yang menyimpan 2.750 ton senyawa amonium nitrat. Senyawa kimia itu memiliki daya ledak tinggi dan kerap dipakai untuk bahan baku pembuatan pupuk dan peledak.

Menurut Gubernur Beirut, Marwan Abboud, jumlah kerugian akibat ledakan dahsyat itu ditaksir mencapai Rp217.5 triliun. Dia mengatakan sebanyak 300 ribu penduduk Beirut kehilangan tempat tinggal akibat rusak terkena dampak ledakan.

Infografis Fakta di Balik Ledakan Besar di Libanon

Presiden Libanon, Michel Aoun, menyatakan berjanji akan menggelar penyelidikan terkait ledakan itu secara terbuka. Dia juga menjanjikan akan menghukum pihak-pihak yang dinilai bertanggung jawab.

Peristiwa itu terjadi ketika Libanon berada di tengah krisis ekonomi dan pandemi virus corona. Sejumlah rumah sakit di Beirut dilaporkan sudah kewalahan menampung korban ledakan dan pasien Covid-19.

(associated press/ayp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER