Trump, Miliarder yang Jadi Presiden AS

CNN Indonesia
Selasa, 03 Nov 2020 11:58 WIB
Trump maju kembali dalam pilpres AS. Dia bertarung lawan Joe Biden untuk mempertahankan posisinya sebagai orang nomor satu di AS.
Capres petahana Donald Trump. (AFP/NICHOLAS KAMM)
Jakarta, CNN Indonesia --

Donald Trump maju kembali dalam pemilihan presiden Amerika Serikat. Dia bertarung untuk mempertahankan posisinya sebagai orang nomor satu di AS.

Trump harus berjuang keras untuk mengalahkan penantangnya dari Partai Demokrat, Joe Biden. Terlebih sejumlah survei menunjukkan keunggulan Biden atas trump

Dalam survei yang dilakukan The New York Times, Biden disebut telah unggul 14 poin atas Trump.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sana terungkap bahwa Biden meraih 50 persen suara, sementara Trump hanya mendapat 36 persen dukungan. Angka tersebut menjadi yang terburuk bagi Trump sejauh ini.

Jajak pendapat terbaru memaparkan bahwa Biden rata-rata unggul 10 poin di depan Trump. New York Times menuturkan survei tersebut diikuti oleh 1.337 pemilih terdaftar dan berlangsung pada 17-22 Juni.

CNN juga telah menghimpun jajak pendapat pilpres tahun ini yang dilakukan oleh beberapa lembaga, di antaranya QUINNIPIAC UNIVERSITY. Dilansir pada 27 Oktober 2020, Biden unggul atas Trump. Biden meraih 51 persen suara, sementara Trump hanya 41 persen.

Kemudian menurut jajak pendapat yang dilakukan Kaiser Family Foundation Biden meraih 49 persen suara sementara Trump hanya 38 persen. Di Pew Research Center, Biden juga unggul atas Trump. Biden meraih 54 persen suara, sementara Trump 42 persen.  

Sementara itu secara independen, CNN juga menampilkan keunggulan bagi Biden, dengan 52 persen suara dan Trump hanya memperoleh 42 persen. 

Polling yang dilakukan usai dua debat capres juga menunjukkan keunggulan Biden.

Trump tersohor sebagai miliarder sekaligus pengusaha di bidang real estate, olahraga, dan hiburan.

Melansir situs Gedung putih, Trump adalah lulusan Wharton School of Finance Universitas Pennsylvania. Dia mengikuti jejak ayahnya mengembangkan bisnis real estate di kota New York.

Pria kelahiran Queens itu juga merupakan seorang penulis. Dia telah menulis lebih dari 14 buku terlaris. Buku pertamanya, "The Art of The Deal" dianggap sebagai buku klasik dalam bidang bisnis.

The New York Times sempat menggambarkan sosok Trump sebagai seorang pemimpin yang sangat memecah belah.

Dalam periode pertama kepemimpinannya, Trump terkenal lewat serangkaian ucapan bohong dan klaim berlebihan tentang dirinya.

Salah satu yang kerap dibanggakan, tetapi merupakan kesalahan terbesarnya, yakni upaya penanganan pandemi Covid-19 yang menjadi faktor penentu langkahnya di periode kedua pencalonan sebagai presiden.

Sebelum krisis virus corona melanda, Trump bersikeras "membangun tembok" di sepanjang perbatasan selatan Amerika Serikat, guna menghentikan aliran imigran ilegal. Keputusan tersebut menuai protes keras dari berbagai kalangan.

Di sektor ekonomi, Trump menggembar-gemborkan dua kesepakatan perdagangan sebagai kebijakan andalannya, yakni perjanjian perdagangan awal dengan China dan revisi kesepakatannya dengan Meksiko dan Kanada.

Kemudian pada kebijakan luar negeri Trump begitu terkenal dengan slogan andalannya, "Make America Great Again".

Pada 2019, Trump dimakzulkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS karena berusaha menekan Ukraina untuk mencoreng saingan politiknya, Joe Biden.

Februari, setelah lima bulan sidang, Trump dibebaskan di Senat dari tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dan menghalang-halangi Kongres.

Banyak sekutu AS berpendapat bahwa dalam pilpres kali ini, Trump tidak lagi melawan saingan politiknya, melainkan melawan virus corona.

Melalui konferensi pers reguler di Gedung putih, Trump berulang kali meyakinkan para pemilih bahwa tanggapannya terhadap krisis Covid-19 sudah memadai, terlepas dari realita bahwa ia berulang kali meremehkan ancaman virus tersebut. Bahkan dia sendiri dinyatakan positif virus corona.

(ndn/dea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER