Pemerintah Afrika Selatan sedang menimbang rencana untuk menjual lagi vaksin corona buatan AstraZeneca-Universitas Oxford yang sudah dibeli.
Penyebabnya ada karena tingkat efikasi yang rendah dalam menghadapi virus Covid-19 mutasi.
Menurut Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Zweli Mkhize, sampai saat ini pemerintah masih berunding terkait dengan hasil uji vaksin itu yang menunjukkan tingkat efikasi yang hanya mencapai sepuluh persen terhadap varian virus mutasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
""Mengapa tidak menjual vaksin AstraZeneca? Tentu itu menjadi satu pilihan. Kami akan mempertimbangkannya, tetapi yang pertama ilmuwan kami harus menyampaikan apa yang harus kita lakukan," kata Mkhize dalam jumpa pers, seperti dilansir Reuters, Rabu (10/2).
Mkhize mengatakan pemerintah Afrika Selatan tidak ingin vaksin AstraZeneca yang sudah dibeli malah tidak terpakai dan sia-sia.
Untuk mencari pengganti vaksin itu, Mkhize menyatakan Afrika Selatan saat ini berusaha menjajaki pembelian vaksin Moderna, Pfizer, Sputnik V buatan Rusia, hingga buatan Sinopharm dari China.
Dari hasil analisis data uji klinis, vaksin AstraZeneca tidak mempan untuk pasien infeksi varian Covid-19 501Y.V2 yang mengalami gejala ringan hingga sedang.
Menurut pimpinan tim pengawas vaksinasi AstraZeneca di Afrika Selatan, Prof. Shabir Madhi, data tentang kemanjuran vaksin itu berdasarkan pada kenyataan. Dia mengatakan hal itu membuat kita harus meninjau ulang harapan tentang keampuhan vaksin Covid-19.
Dalam keterangan resmi, AstraZeneca menyatakan tetap meyakini vaksin mereka ampuh terhadap Covid-19 dan mulai beradaptasi dengan varian 501y.V2.
Melansir New York Times, peserta uji klinis yang dievaluasi relatif muda dan tidak mungkin menjadi sakit parah, sehingga tidak mungkin bagi para ilmuwan untuk menentukan apakah varian tersebut mengganggu kemampuan vaksin AstraZeneca-Oxford untuk melindungi terhadap Covid-19 yang parah, rawat inap atau kematian.
Namun, berdasarkan tanggapan kekebalan yang terdeteksi dalam sampel darah dari orang yang diberi vaksin, para ilmuwan mengatakan mereka yakin bahwa vaksin tersebut masih dapat melindungi dari kasus yang lebih parah.
Jika penelitian lebih lanjut menunjukkan hal itu, pejabat kesehatan Afrika Selatan mengatakan mereka akan mempertimbangkan untuk melanjutkan penggunaan vaksin Oxford.
(ayp/ayp)