Tak lama setelah AUKUS disepakati, China langsung menuding aliansi baru AS ini "terperangkap mentalitas perang dingin."
"[Mereka] merusak perdamaian dan stabilitas kawasan, meningkatkan persaingan senjata, dan merusak upaya internasional untuk non-proliferasi senjata nuklir," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, seperti dikutip Reuters.
Ia kemudian berkata, "China meyakini bahwa mekanisme kawasan harus sesuai dengan tren untuk perdamaian dan pembangunan dan membantu membangkitkan kepercayaan dan kerja sama. Tak boleh ada yang menargetkan pihak ketiga atau melecehkan kepentingannya."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain China, Prancis juga murka karena merasa dikhianati Australia yang menangguhkan perjanjian kapal selam kedua negara.
Dalam tulisannya di The Washington Post, seorang pakar politik Amerika dari Princeton University, Sophie Meunier, mengatakan bahwa kesepakatan AUKUS ini mencabik kepercayaan Prancis.
"Banyak pihak di Prancis melihat kesepakatan kapal selam AUKUS sebagai konfirmasi bahwa AS memang tak lagi dapat dipercaya, bahkan setelah era Trump," tulis Meunier.
Lihat Juga : |
Prancis sebenarnya sempat optimistis ketika Biden dilantik sebagai presiden AS. Saat itu, survei lembaga Pew mengindikasikan kenaikan penerimaan publik Prancis terhadap AS hingga 34 poin.
Para diplomat Prancis bahkan sudah sempat ingin menjalin kerja sama erat dengan AS dalam pekara perubahan iklim hingga terorisme, juga ancaman China.
"Namun ternyata, mereka malah melihat amerika mengambil keputusan sepihak tanpa konsultasi. Keputusan unilateral ini mungkin dapat membangkitkan kembali sentimen anti-Amerika di Prancis dan sekitarnya," tulis Meunier.
Lebih jauh, Luke McGee dalam analisisnya di CNN menyatakan bahwa kesepakatan AS ini membuat Eropa kebingungan dengan pendekatan mereka ke China.
Sebelum kesepakatan AUKUS tercapai, Uni Eropa sebenarnya ingin melawan China dengan strategi berbeda, yaitu lebih persuasif.
"Jika ingin melihat sisi baiknya, [tindakan AS] ini mungkin hanya dianggap kasar, tapi yang buruk, tindakan ini mengonfirmasi bahwa mereka tak dianggap serius sebagai pemain geopolitik, meski ambisi global mereka sangat besar," tulis McGee.
(has)