Langkah rezim Taliban guna menjaga stabilitas keamanan di Afghanistan terus dirundung ancaman dari sederet serangan berdarah ISIS-Khorasan (ISIS-K).
Serangan mematikan terbaru terjadi ketika bom bunuh diri menghantam sebuah masjid Syiah di Provinsi Kunduz saat salat Jumat digelar pada pekan lalu. Insiden itu menewaskan sedikitnya 46 orang dan melukai ratusan orang lainnya.
Sementara itu, Agustus lalu, jelang berakhirnya tenggat waktu evakuasi AS dari Afghanistan, bom bunuh diri juga meledak di sekitar bandara Kabul. Imbas insiden itu, 100 penduduk lokal dan 13 tentara AS, termasuk perwira meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut perkiraan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ISIS-K memiliki 500 hingga ribuan milisi di Afghanistan utara dan timur, termasuk sel-sel jaringan di Kabul.
Salah satu pengamat dari lembaga think-tank Prancis Foundation Research, Jean-Luc Marret, berkata, "ISIS-K merupakan kongolermasi eks organisasi jihad termasuk Uighur dan Uzbek, dan pembelot Taliban."
ISIS-K juga mengklaim pengeboman masjid Syiah pekan lalu dilakukan oleh anggotanya yang merupakan seorang etnis Uighur, minoritas muslim di Xinjiang yang kerap mendapat perlakuan represif dari pemerintah China. Klaim itu menggarisbawahi sifat regional dari ancaman tersebut.
Sejak tahun 2020, ISIS-K disebut dipimpin oleh salah satu Shahab al-Mujahir, yang dilihat dari namanya diduga berasal dari dunia Arab, namun asal-asul orang itu masih belum jelas.
Dia dikabarkan pernah menjadi komandan Al-Qaeda atau mantan anggota jaringan Haqqani, salah satu faksi paling kuat di Afghanistan dan beberapa tokohnya kini bergabung dalam rezim Taliban di Afghanistan.
Hingga 2020, ISIS-K terus menjadi target serangan udara AS juga Taliban hingga kehilangan pengaruh. Keduanya sama-sama melihat ISIS-K sebagai ancaman keamanan Afghanistan.
Namun, ISIS-K disebut bangkit ketika kelompok itu menunjuk pemimpin baru yang kini masih misterius.
Menurut peneliti Abdul Sayed dari lembaga pemantau gerakan ekstremisme di media sosial ExTrac, kepemimpinan baru di ISIS-K membawa organisasi itu fokus melancarkan propaganda baru yang menekankan pada perang kota dan kekerasan simbolik.
"Meskipun Taliban adalah target utamanya, ISIS-K mellihat target lunak seperti tempat-tempat keagamaan, lembaga pendidikan dan tempat umum seperti rumah sakit dan laiinya untuk menyebar ketakutan akan aksi terorismenya," ujar Sayed seperti dikutip AFP, Minggu (10/10).
Taliban dan ISIS-K sama-sama kelompok yang beraliran Sunni. Namun, sejak berkuasa di Afghanistan, Taliban bersumpah akan memerintah secara inklusif termasuk melindungi kaum minoritas seperti komunitas Syiah.
Sementara itu, ISIS-K menganggap Taliban menyesatkan hukum Islam dan tetap bertekad memberantas kaum "murtad" dan "munafik" termasuk umat Muslim yang berbeda aliran dengan mereka.
Sebagaimana di Irak, yang mana ISIS kerap menargetkan komunitas Syiah, di Afghanistan ISIS-K turut mengancam etnis minoritas Hazara dan etnis lainnya yang mayoritas beraliran Syiah.
Pengamat dari lembaga think thank AS Woodrow Wilson Center, Michael Kugelman, mengatakan Taliban sejak awal ingin memulihkan stabilitas Afghanistan dari perang.
"Tapi serangan teroris seperti yang terjadi di Kunduz (oleh ISIS-K) merusak narasi itu," kata Kugelman.
Pemerintahan sebelumnya yang didukung AS menerima gelontoran dana ratusan miliar dan bantuan keamanan dari pasukan asing. Namun, mereka tak bisa mengalahkan Taliban atau ISIS-K.
Kini, Taliban menghadapi ISIS dengan bantuan luar yang sangat terbatas. Tidak ada intelijen canggih yang mampu membaca pergerakan kelompok teroris tersebut.
Taliban bahkan menegaskan tidak akan bekerja sama dengan AS untuk memerangi ISIS-K di Afghanistan.
Taliban justru disebut lebih mengandalkan aktor non-negara seperti sekutunya Jaringan Haqqani bahkan Al-Qaeda untuk membantu menangani ancaman ISIS di negara tersebut..
"Untuk memerangi ISIS-K, Taliban akan mengandalkan jaringan Haqqani, Al-Qaeda dan aktor non-negara kekerasan untuk tengaa kerja, keahlian tempur dan dukungan logistik," ucap Kugelman.
Taliban dan ISIS saling sebut kafir, baca di halaman selanjutnya...