Rudal hipersonik sebenarnya mengacu pada muatan yang dibawa roket ke atas. Dalam hal ini, muatan tersebut merupakan kendaraan luncur hipersonik (HGV).
Secara teori, sebuah HGV mampu terbang secepat 20 kali kecepatan suara dan bisa sangat bermanuver dalam penerbangan, sehingga hampir tidak mungkin untuk menembak jatuh.
Merespons hal ini, pemerintah Korea Selatan pada Selasa mengatakan bahwa pasukan militer mereka memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan menghalau proyektil tersebut. Pihaknya mengatakan akan terus memperkuat sistem respons mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih jauh, Korea Selatan juga memberikan tanggapan 'penyesalan mendalam' atas peluncuran proyektil Korea Utara yang terjadi di saat kondisi stabilitas politik sangat penting.
Senada dengan Korea Selatan, sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki menyebut peluncuran Korea Utara itu 'mengganggu stabilitas'.
"Peluncuran itu melanggar beberapa resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ini menimbulkan ancaman bagi tetangga DPRK (Korut) dan komunitas internasional. Kami meminta DPRK untuk menahan diri dari provokasi lebih lanjut dan terlibat dalam dialog yang berkelanjutan dan substantif," kata Psaki.
Pyongyang dilarang melakukan uji coba rudal balistik dan senjata nuklir di bawah hukum internasional.
Namun, sebuah pernyataan dari Pasukan AS Korea mengatakan uji coba tersebut tidak menimbulkan ancaman bagi AS atau wilayah Korea Selatan maupun personel militer.
Uji coba yang dilakukan pada Selasa ini mencakup jarak yang hampir sama dengan pekan lalu, yakni 700 kilometer (435 mil), dengan rudal yang jatuh ke laut di luar Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Jepang.
(isa/bac)