Etnis muslim Uighur disebut kerap menjadi korban persekusi pemerintah China. Berbagai kesaksian menunjukkan bahwa kaum ini seringkali menjadi korban penangkapan dan pemukulan.
Seorang mantan detektif Negeri Tirai Bambu, yang menggunakan nama samaran Jiang, mengakui bahwa aparat kepolisian sering menangkap masyarakat Uighur dan memukuli mereka.
"Tendang mereka, pukul mereka [hingga] mereka terluka dan bengkak. Hingga mereka berlutut di lantai sambil menangis," cerita Jiang kepada CNN pada Oktober 2021.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, seorang perempuan Uighur juga dikabarkan ditangkap karena mengajarkan Islam dan menyimpan salinan Al-Quran pada Januari lalu.
Sang perempuan, Hasiyet Ehmet, kemudian dijatuhi hukuman 14 tahun penjara, dikutip dari Radio Free Asia.
Sebagaimana dilansir CFR, beberapa pejabat China khawatir Muslim Uighur mengemban nilai ekstremis dan separatis. Ini membuat pemerintah China disebut membangun kamp-kamp di Xinjiang untuk 'menghapus ancaman' atas kedaulatan China.
Bahkan, Presiden Xi Jinping sempat mewanti-wanti racun dari ekstremisme agama dan mendukung 'kediktatoran' untuk menghapuskan 'ekstremis' Islam di China. Bagi pemerintah China, kaum itu dipandang sebagai teroris atau simpatisan teroris.
Etnis Uighur merupakan salah satu kelompok yang berbicara bahasa Turki di pedalaman Asia. Kebanyakan dari mereka tinggal di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang, China.
Mengutip Britannica, sekitar 10 juta masyarakat Uighur tinggal di China. Namun, beberapa dari mereka berada di Uzbekistan, Kazakhstan, dan Kirgistan.
Mayoritas warga Uighur merupakan penduduk desa yang hidup di lembah Tien Shan, Pamirs, dan wilayah pegunungan lain. Banyak juga dari mereka yang bekerja di pabrik minyak bumi, pertambangan, dan manufaktur di pusat kota.
Etnis Uighur di Xinjiang menganut Islam sunni. Mereka dipimpin oleh Urumqi dan kebanyakan organisasi sosial kaum ini terpusat di desa.