Ngotot Rebut Total Gaza, Netanyahu Cekcok dengan Kepala Staf Militer
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terlibat perselisihan dengan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel Eyal Zamir saat rapat membahas penaklukan total Jalur Gaza, Palestina.
Media penyiaran Israel Kan melaporkan Zamir menolak keras rencana Netanyahu melakukan operasi militer secara penuh di Gaza.
Menurut Zamir rencana tersebut bisa "menjebak" jika diteruskan. Netanyahu seketika murka.
"Jangan mengancam mundur di media," kata PM Israel itu, dikutip Al Jazeera, Selasa (5/8).
Zamir disebut siap meninggalkan jabatan yang diemban jika negosiasi gencatan senjata dengan Hamas tak berlanjut.
Proposal Zamir, menurut laporan media Israel, akan secara bertahap memperluas pertempuran di Gaza sehingga operasi bisa dihentikan dengan mudah jika gencatan dinegosiasikan.
Tak cuma dari pejabat tinggi militer, penolakan okupansi Gaza juga muncul dari oposisi pemerintah.
Lihat Juga :KILAS INTERNASIONAL Negara Sekutu AS Mulai Lawan Israel sampai Netanyahu Mau Rebut Gaza |
Pemimpin oposisi termasuk eks PM Israel Yair Lapid menilai rencana Netanyahu justru bisa menyebabkan sandera kelaparan hingga dalam bahaya imbas operasi penuh.
Dampak lain yang dia gambarkan adalah pengeluaran pemerintah membengkak sebab harus membiayai 2 juta warga di Gaza, membayar listrik hingga operasi sekolah dengan pajak warga Israel.
"Jika kita menduduki dan mencaplok Gaza, lupakan saja bantuan [Arab] Saudi, [Uni] Emirat Arab, atau Eropa yang mendanai kehidupan warga Palestina," kata Lapid.
Dia lalu berujar, "Anda mencaplok - Anda yang bayar. Anda mencaplok - mulai saat itu, semuanya menjadi tanggungan Anda."
Netanyahu dilaporkan menggelar rapat membahas operasi militer skala penuh di area yang diyakini tempat sandera ditawan pada Selasa. Dia dan pendukung rencana ini mengeklaim langkah itu demi melindungi keselamatan sandera.
Salah satu sumber yang mengetahui rencana tersebut mengatakan keputusan sudah bulat.
"Keputusan sudah bulat, kami akan melakukan penaklukan penuh. Jika Kepala Staf tak setuju, dia harus mundur," kata pejabat yang mengetahui masalah tersebut,
Hingga kini masih ada 50 sandera yang diyakini berada di Gaza. Sekitar 20 diantaranya dilaporkan masih hidup.
Rencana Netanyahu menguar saat negosiasi gencatan dengan Hamas buntu. Kelompok perlawanan ini menekankan pembahasan kesepakatan berlanjut jika situasi keamanan yang mengerikan di Gaza segera ditangani.
Sejak Israel melancarkan agresi ke Palestina, mereka mengawasi secara ketat truk bantuan kemanusiaan yang masuk bahkan sempat menahannya. Imbas tindakan keji ini, banyak warga Gaza kelaparan di tengah agresi brutal mereka.
Dalam beberapa pekan terakhir, ratusan orang meninggal karena kelaparan atau malnutrisi. Selama agresi, lebih dari 60.000 warga Palestina tewas.
(isa/rds)