Anies-Sandi Unggul di TPS Masjid Penolak Salat Jenazah

Marselinus Gual | CNN Indonesia
Senin, 27 Feb 2017 08:53 WIB
Masyarakat yang tinggal di sekitar masjid yang memasang spanduk menolak mensalatkan jenazah itu mencoblos Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Masjid Al Jihad yang hingga hari ini masih memasang spanduk menolak mensalatkan jenazah pendukung penista agama. (CNN Indonesia/Marselinus Gual)
Jakarta, CNN Indonesia -- Spanduk menolak mensalatkan jenazah bagi pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi pembicaraan di media sosial. Spanduk yang dipasang hampir seminggu itu masih terpasang  di masjid Al Jihad dengan tulisan: 'Masjid Ini Tidak Mensholatkan Jenazah Pendukung dan Pembela Penista Agama'. 

Masjid Al-Jihad terletak di Jalan Karet Karya IV/BB Rt 06/05, kelurahan Karet, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. Masyarakat yang tinggal di sekitar masjid itu pada pencoblosan Rabu (15/2) lalu, sebagian besar mendukung pasangan nomor urut tiga, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. 

Ketua RT kawasan itu, Yatim mengungkapkan di kawasan itu, warga mencoblos di tempat pemungutan suara (TPS) nomor 15. “Pasangan nomor urut tiga unggul dengan memperoleh 188 suara,” kata Yatim kepada CNNIndonesia.com, Minggu (26/2).
Penghitungan itu serupa dengan yang tercatat di situs pilkada2017.kpu.go.id. Di TPS 15 itu, Anies-Sandi meraup kemenangan 54 persen.

Pasangan Ahok dan Djarot Syaiful menyusul dengan selisih 67 suara. Pasangan nomor urut dua mengumpulkan 121 suara atau 34,8 persen, dan pasangan Agus Harimurti-Sylviana Murni meraih 39 suara atau 11,2 persen.

Jumlah pemilih di TPS itu sebanyak 512 orang, namun yang menggunakan hak pilih 351 pemilih atau tingkat partisipasi sebesar 68,6 persen.

Sementara itu dari total 19 TPS yang terdapat di kelurahan Karet, hasil perhitungan suara versi KPUD Jakarta menunjukkan, Ahok unggul dengan jumlah suara 2.854 atau 45,14 persen, selanjutnya disusul Anies-Sandi yang mengumpulkan 2.708 suara (42,83 persen). Terakhir, Agus-Sylvi yang memperoleh 760 suara (12,02 persen).

Yatim mengungkapkan pemasangan spanduk berasal dari inisiatif pengurus masjid, tanpa melibatkan rapat pengurus RT dan RW. Pemasangan sejak Selasa malam, 21 Februari 2017. 

“Itu dari masjid dan untuk umat, tak ada pembicaraan khusus dengan saya. Saya tak bisa melarang dan tak bisa menyetujui. Kalau saya menolak dianggap menghina masjid,” kata Yatim.

Calon wakil gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menyatakan keprihatinannya dengan pemasangan spanduk yang menolak mensalatkan jenazah pendukung penista agama.

“Keluarga yang mengalami kematian itu kan musibah. Sepatutnya sesama umat Muslim itu atau sesama warga saling tolong menolong," kata Sandi, Minggu kemarin.

Anies-Sandi Unggul di TPS Masjid Penolak Salat Jenazah Spanduk penolak penista agama yang dipasang di Masjid Al Iklas.  (Vino/detikcom)

Bantahan terkait Pilkada

Ketua pengurus Dewan Keluarga Masjid (DKM) Al-Jihad, Edy Purwanto mengatakan, pemasangan spanduk merupakan kesepakatan bersama dewan pengurus masjid. Dia membantah pemasangan ini dikaitkan dengan kampanye putaran kedua Pilkada DKI 2017.

"Ini berdasarkan kesepakatan bersama pengurus masjid. Enggak ada unsur politik," kata Edy kepada CNNIndonesia.com. 
Edy mengatakan pemasangan spanduk terpicu sikap jemaah yang masih mendukung dan membela Ahok. Isi spanduk itu, kata dia, merupakan bentuk keprihatinan atas akidah sebagian umat Islam yang membela Ahok meski tersangkut kasus penodaan agama.

"Ini terbukti dengan adanya saudara kita yang mengaku beragama Islam tapi loyal kepada penista agama,” kata Edy.

Sejak dipasang satu minggu lalu, pengurus masjid belum mempraktikan pesan dari spanduk yang dipasangnya. Mereka pun sesungguhnya tak mengetahui siapa saja warga di kawasan itu yang mendukung Ahok.

"Belum ada daftar siapa aja. Tapi sudah tahu titik-titik mana yang dukung Ahok," tukas Edy.

Pemasangan spanduk itu mendapat kritikan dari warga sekitar. Alam Z (31) menganggap aneh dengan pemasangan spanduk itu. Dia menyatakan isi spanduk terkesan berbau politis karena berbarengan dengan masa pemilihan gubernur ibu kota. 

"Sebelum pilkada, belum ada larangan dan spanduk seperti itu. Saya gak setuju. Untuk apa?" tukasnya.

Alam mengatakan tak elok masjid melarang umatnya hanya gara-gara kasus Ahok. "Kenapa tidak muncul dari dulu?" kata dia.
Selain Majid Al-jihad, sejumlah masjid lainya di sekitar kawasan Setiabudi memasang spanduk yang sama. Di antaranya adalah Masjid Mubasysyirin dan Masjid Al-Ikhlas yang berlokasi di kawasan Karet Setiabudi, Jakarta Selatan.

“Tak ada kesepakatan dengan masjid-masjid sekitar,” kata dia.

(yul)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER