Situs Gunung Padang Digali Dengan Bor

CNN Indonesia
Senin, 15 Sep 2014 17:37 WIB
Situs prasejarah Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, kembali menuai kontroversi. Kali ini tak hanya digali menggunakan cangkul tetapi juga dibor.
Penggalian situs gunung padang dilanjutkan dengan bor. Dok. Istimewa
Jakarta, CNN Indonesia -- Situs prasejarah Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, tak hanya digali kembali dengan menggunakan cangkul. Menurut pengamatan dari pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bandung, areal situs yang sudah ditetapkan sebagai situs cagar budaya nasional tersebut juga dibor dengan menggunakan mesin berat sejak Agustus.

Lutfi Yondri, peneliti utama prasejarah pada Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Bandung, mengatakan Tim Riset Terpadu Mandiri (TRTM) sudah mulai meneruskan penggalian semenjak awal Agustus. Mereka juga ditemani oleh 65 personel dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), yang ikut mencangkul dan memindahkan batuan di lokasi situs.

"Mereka melakukan kegiatan bor itu malam hari," ujarnya saat dihubungi oleh CNNIndonesia, Senin (15/09).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia melanjutkan kegiatan penggalian dengan cangkul dan bor tersebut menyalahi peraturan ekskavasi arkeologi. Semestinya, ujarnya, setiap kegiatan arkeologi harus dicatat sedetail mungkin dan setiap lapisan tanah direkam secara spesifik. Kegiatan ekskavasi terutama untuk mencari benda dalam tanah tidak bisa dilakukan secara acak dan dalam waktu instan. Dia mencontohkan ekskavasi Candi Borobudur yang memakan waktu hingga 10 tahun lamanya.

"Semua penggalian itu kesannya terburu-buru. Apa, sih, sebenarnya yang dicari? Emas yang katanya 3 ton itu?" katanya.

TRTM sendiri merupakan tim yang dibentuk oleh geologis Danny Hilman, staf Khusus Presiden Bidang Bencana Andi Arief serta arkeolog Ali Akbar. Mereka mengklaim temuan adanya piramida di dalam areal situs di Gunung Padang pada 2012. Piramida tersebut diklaim berusia 5.200 Sebelum Masehi (SM), lebih tua dari piramida di Gyza, Mesir, yakni 2.500 SM.

Lutfi mengatakan tidak mungkin piramida terdapat dalam lahan situs seluas 29 hektare tersebut. Alasannya, kebudayaan Indonesia tidak pernah mengenal adanya bentuk piramida. Pernyataan dari TRTM mengenai piramida yang disimpan kembali ke dalam perut bumi untuk melindungi dari ancaman budaya lain itu tidak masuk akal sama sekali.

Kalau memang ada bangunan di dalam tanah semestinya bisa ditemukan juga benda-benda pecahan buatan manusia seperti gerabah di sekitar areal yang diklaim ada piramida, menurutnya.

"Membuat piramida membutuhkan tenaga banyak orang. Kalau tidak ada bukti adanya tanda-tanda aktivitas manusia, gimana bisa ada piramida?" ujarnya.

Sementara itu, Ali Akbar mengatakan metode penelitian dan penggalian yang dilakukan timnya sudah diapresiasi dan diakui oleh pemerintah. Buktinya, TRTM dilibatkan ke dalam tim nasional bentukan pemerintah.

"Semua kegiatan ekskavasi yang kami lakukan sudah sesuai dengan kaidah keilmuan dan ketentuan yang berlaku. Kalau tidak, pasti kami sudah dihentikan sekarang ini," dia menegaskan.

Ali menjelaskan timnya menggunakan strategi penelitian yang sifatnya horisontal, yakni membuka per kotak ke samping. Pasalnya, situs di Gunung Padang, seperti diakuinya, mudah ketauan jika terdapat benda di dalam lapisan tanahnya.

"Tinggal membuka semak saja," dia menutup pembicaraan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER