Polisi Pastikan Paspor Empat Asing Palsu

CNN Indonesia
Senin, 22 Sep 2014 15:30 WIB
Malaysia dan Thailand diduga sebagai negara tempat dimana empat warga asing membuat identitas palsu. Harga kisaran paspor palsu itu US$ 1000.
Upacara penutupan latihan Penanggulangan Teror (Gultor) TNI digelar di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (29/1/2014). Latihan ini diselenggarakan dengan tujuan mengantisipasi dan merespon kemungkinan terjadinya aksi terorisme yang mengancam masyarakat, terutama pada pelaksanaan pemilu 2014. (foto: Rachman Haryanto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Empat warga asing yang ditangkap di Poso, Sulawesi Tengah, pada Sabtu (13/9) lalu, dipastikan memegang paspor palsu. Setelah sembilan hari melakukan pemeriksaan, Polri menyatakan ada dua tempat yang disinyalir menjadi tempat pembuatan paspor empat terduga teroris tersebut.

"Antara Malaysia atau Thailand. Karena itu adalah dua tempat yang mereka lalui sebelum masuk ke Indonesia," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, di Jakarta, Senin (22/9).

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Sutarman menyebutkan keempat warga asing yang mengaku berasal dari Turki tersebut, datang ke Indonesia dengan tujuan mengunjungi Poso. Sutarman sempat menyebutkan, keempatnya menggunakan jalur laut dengan rute awal Turki, kemudian melintasi Kamboja, dan menggunakan jalur darat ke Thailand, mereka lantas menggunakan pesawat ke Kuala Lumpur, Bandung, hingga akhirnya tiba di Makassar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sesampainya di Makassar, empat orang tersebut telah ditunggu oleh tiga warga Indoensia, yang mengantarkan mereka dari Makassar menuju Palu. Untuk membuat paspor palsu di Thailand, Sutarman, menyebutkan kisaran harga per paspor US 1000 dollar.

Hingga saat ini, keempatnya masih bungkam soal kehadiran mereka di Indoensia. Namun, Polri meyakini bahwa mereka datang untuk bertemu dengan jaringan kelompok Santoso yang ada di Poso. "Tidak mungkin turis memilih Poso sebagai tujuan wisata, itu kan zona rawan," ujar Boy.

Untuk identitas kewarganegaraan mereka berempat, hingga saat ini Polri masih terus menyelidikinya. "Kami berkoordinasi dengan pihak duta besar Turki di Indonesia untuk memastikan apakah mereka berempat benar warga Turki atau bukan," kata Boy.

Alasannya, keempatnya tidak mampu berhasil berbicara dengan bahasa Turki. "Mereka justru fasih berbahasa Uighur, bahasa dari daerah Turkistan yang merupakan perbatasan Tiongkok dengan Mongolia. Maka dari itu kami terus berkoordinasi dengan semua pihak," ujar Boy.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER