Palu, CNN Indonesia -- Mujahidin Indonesia Timur (MTI) mengeluarkan rilis pada Jumat (19/9) yang menyatakan mereka lah yang bertanggung jawab terhadap penggorokan petani di Poso yang terjadi pada Kamis (18/9). Polisi sendiri belum menemukan pelaku .
Peristiwa penggorokan terhadap petani bernama Fadli tersebut terjadi sekitar pukul 20.30 WITA. Saat itu lima orang tak dikenal mendatangi rumah Fadli dan membawa paksa dirinya menjauh dari rumah dan memenggal kepalanya
Dalam rilis MTI yang dimuat Arrahmah.com tersebut, kelompok yang dipimpin oleh Santoso Abu Wardah tersebut mengungkapkan petani yang mereka gorok telah membocorkan informasi pada pihak Densus 88.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bersama pernyataan ini, kami menyampaikan bahwa kami telah menyembelih seorang warga desa Padang Lembara," ujar MIT dalam rilis tersebut sebagaimana dirilis Antara. MIT mengatakan informasi yang dibocorkan oleh petani tersebut membuat Densus 88 melakukan penyerangan terhadap mereka.
"Serangan Densus 88 menyebabkan dua ikhwah kami terbunuh," demikian dinyatakan MIT.
Dalam rilis yang sama, MIT memberikan peringatan bagi warga sipil yang menjadi agen dari Densus 88 untuk tak lagi membantu mereka dalam memerangi MIT.
"Kepada masyarakat yang selama ini telah terlibat aktif membantu Densus 88 dalam memerangi kami, baik dengan memberikan informasi, menjadi penunjuk jalan, menyebarkan isu, dan segala bentuk kerjasama lainnya, kami himbau dan peringatkan dengan tegas agar bertaubat dan berhenti dari kemurtadan tersebut," ujar MIT.
Kronologis KejadianLima orang tak dikenal mendatangi rumah Fadli dan disambut oleh sang istri. Sang istri yang tidak merasa curiga, mempersilahkan lima orang tersebut masuk ke rumah untuk bertemu suaminya.
Tanpa pikir panjang, ke lima orang tersebut menyeret Fadli ke luar rumah dan menendang serta mengikat tubuh Fadli. Sang istri yang kaget suaminya diperlakukan seperti itu berteriak histeris di hadapan lima orang tersebut. Namun satu dari lima orang tersebut langsung menodong si istri untuk membuatnya diam dan melarangnya keluar rumah.
Sebelum melakukan penggorokan, lima orang tersebut sempat mengeluarkan kata-kata kepada istri Fadli. "Ini resiko menjadi mata-mata polisi. Gara-gara kamu dua teman saya meninggal di sini," ujar para pelaku.
Setelah berkata seperti itu para pelaku membawa Fadli menjauh dari rumahnya dan langsung memenggal kepalanya.