Jakarta, CNN Indonesia -- Kapolri Jenderal Sutarman menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (30/10). Sutarman melaporkan sejumlah hal kepada JK terkait perkembangan terorisme di Indonesia.
"Mulai dari bom Bali yang dulu sampai sekarang, sampai dengan sekarang bom targetnya anggota Polri," kata Sutarman kepada wartawan, Kamis (30/10).
Sutarman juga melaporkan bahaya terorisme yang kini telah menyasar simbol pemerintahan dan menjelekkan satu agama seperti yang dilakukan oleh Islamic State of Iraq (ISIS) yang juga merekrut warga negara Indonesia. "Indonesia cukup rawan terhadap pelaku terorisme. Kami menyampaikan langkah awal yang telah dilakuka Polri," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mantan ajudan Presiden Abdurrahman Wahid itu menyebutkan, langkah yang telah dilakukan Polri selain penegakkan hukum yaitu upaya deradikalisasi kepada para pelaku. Kapolri menginginkan deradikalisasi tersebut dapat dijadikan sebagai kebijakan yang melibatkan semua bidang sebagai upaya mengatasi terorisme di Indonesia.
Pasalnya, aksi terorisme tidak hanya menimbulkan korban jiwa. "
Recovery ekonomi juga memerlukan waktu tiga hingga lima tahun," tuturnya.
Sepanjang tahun 2014, terjadi tiga penembakan terhadap polisi di Bima. Kapolsek Ambalawi, Bima, Iptu Abdul Salam tewas ditembak orang tak dikenal dalam perjalanan menuju Kantor Polsek Ambalawi, 16 Agustus. Peluru menembus kepala bagian belakang Iptu Abdul Salam.
Kepala Urusan Satuan Narkoba Kepolisian Resor Kota Bima Ipda Hanafi tewas ditembak pada 28 Maret. Pada 2 Juni, Anggota Intelijen dan Keamanan (Intelkam) Kepolisian Resor Kabupaten Bima Brigadir Kepala Muhamad Yamin juga meninggal karena peluru mengenai dadanya.