KEKERASAN SEKSUAL

Jauhi Rumah dan Sekolah Demi Anak

CNN Indonesia
Selasa, 11 Nov 2014 04:57 WIB
Tak mau anaknya di-bully di sekolah, anak-anak guru JIS yang menjadi tersangka kasus kekerasan seksual tidak lagi mengenyam pendidikan.
Pengacara Jakarta International School (JIS) Harry Ponto (kiri), bersama kedua istri guru JIS yang dipenjara, Tracy Bantleman (kanan) dan Sisca Ferdy, disela konferensi pers, di Jakarta, Kamis (6/11). Serikat Pekerja JIS mempertanyakan langkah Polda Metro Jaya yang tetap memaksakan proses hukum terhadap dua guru JIS, Neil Bantleman dan Ferdinant Tjong (Ferdy), setelah kasus sodomi yang dialami siswanya dilimpahkan ke kejaksaan meski tidak didukung alat bukti yang kuat. (ANTARA FOTO/Audy Alwi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Berusaha tetap tegar di antara kegamangan tampak jelas di raut wajah Sisca Tjiong. Bagaimana tidak, empat bulan sudah sang suami dibui tanpa dia ketahui dengan jelas kesalahannya.

Nanar. Sesekali, air mata istri dari Ferdinant Tjiong ini terlihat menetes di sepanjang pertemuan antara staf Jakarta International School (JIS) dengan para wartawan, yang digelar di kawasan Sudirman, pada pekan lalu.

Raut wajah tegang itu menggambarkan beban beban berat dan rasa lelah tak berujung yang sedang menggelayut di bahu Sisca.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suasana Muram

Sejak Ferdi--nama akrab suaminya--ditetapkan sebagai tersangka kasus kekerasan seksual terhadap salah satu murid JIS, pada pertengahan Juli lalu, Sisca mulai mengalami perubahan dalam hidupnya. Kini ia tidak bisa menyamakan semua seperti dengan hari-hari sepanjang 11 tahun berumah tangga bersama Ferdi.

Rumah yang menjadi istana bagi keluarga Sisca pun kini tak ramai. Kini ia dan dua anaknya kerap muram di dalam rumah tersebut.

“Sejak Ferdi ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan polisi empat bulan lalu, hidup kami berubah. Tidak ada lagi tidur berempat saat malam hari,” ujar Sisca saat ditemui CNN Indonesia, Kamis (6/11)  sore.

Suasana rumah yang sepi dan kecemasan akan kondisi Ferdi setiap hari, membuat Sisca terpaksa meninggalkan rumah mereka itu. 

“Saya akhirnya memutuskan untuk tidak tinggal di rumah dengan alasan keamanan,” katanya. Saat ini, dia mengaku menetap bersama anak-anaknya di sebuah rumah yang letaknya berdekatan dengan JIS.

Terseretnya Ferdi dalam kasus kekerasan seksual yang terkuak sejak awal tahun ini telah membuat perubahan hidup Sisca jadi drastis.

Sisca terpaksa menjauh dari lingkungan tempat tinggalnya demi keamanan keluarga kecilnya itu. Dia juga memutuskan tak lagi menyekolahkan dua anaknya demi perkembangan mental kedua buah hatinya.

“Saya dan Ferdy memutuskan tidak menyekolahkan anak karena takut anak kami dicemooh di sekolah. Mereka bisa saja menjadi korban bullying,” ujarnya. 

Selain itu, Sisca mengaku, dia tak dapat membayangkan jika anak-anaknya harus ikut menanggung malu, karena ayah mereka dituduh sebagai seorang pedofil.

“Bayangkan saja, jika anak-anak harus sekolah dalam posisi ayahnya dituduh sebagai pedofilia,” kata Sisca sambil beberapa kali menyeka air matanya yang tak tertahankan.

Dia menceritakan, kedua anaknya yang berusia sembilan dan enam tahun itu, sampai sekarang masih terus menanyakan kapan ayah mereka kembali ke rumah.

Menahan Kerinduan

Pada awal penahanannya, Sisca mengatakan, Ferdi sempat melarang dirinya membawa anak-anak mereka menjenguk ke Polda Metro Jaya. Ferdi tak ingi karena tidak ingin dua buah hati mereka melihat sang ayah mengenakan pakaian bertuliskan ‘Tahanan’.

Akan tetapi, kerinduan keluarga kecil ini tak dapat dibendung lagi. Hingga akhirnya Ferdi mengizinkan anak-anak menyambangi dia di rumah tahanan.

“Setelah cukup lama saya tahan, akhirnya saya memberanikan untuk mengajak mereka berkunjung ke rutan beberapa bulan lalu,” kata Sisca.Biasanya, empat kali dalam satu minggu, Sisca sendiri menyambangi Ferdi ke rumah tahanan.

Kini, hingga putusan pengadilan nanti Sisca mengatakan masih yakin sang suami tak bersalah. Dia, bersama JIS community masih memiliki harapan besar Ferdi dan Neil Bantleman akan terbebas dari segala hukuman.

Di antara harapan besar akan kebebasan sang suami, Sisca juga memiliki harapan kepada TH, ibunda AK, murid JIS yang menjadi korban kekerasan seksual oleh petugas-petugas kebersihan di JIS, yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka.

Bagi Sisca, beserta tim kuasa hukum JIS, permintaan uang ganti rugi senilai US$125 juta yang diajukan TH adalah cara yang salah untuk menuntut sebuah kebenaran.

“Kok dia tega menggunakan anak-anaknya untuk motif uang? Ibu macam apa yang menggunakan anaknya untuk perbuatan seperti itu? Perbuatannya itu salah. Suami saya meminta untuk sama-sama mendoakan semoga dia cepat sadar,” ujarnya.

Saat ini, Ferdi bersama Neil telah dipindahkan ke tahanan Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta. Waktu penantian Sisca pun akan bertambah panjang, untuk  menunggu tanggal persidangan pertama suaminya dimulai.

Kasus dari ranah pendidikan ini terkuak sejak seorang murid TK JIS bernama AK (6) dilaporkan oleh orang tuanya telah mengalami kekerasan seksual pada pertengahan Maret 2014 silam. Sebanyak enam petugas kebersihan telah ditetapkan sebagai tersangka dan telah menjalani sidang sejak akhir Agustus. Ferdi dan Neil sendiri terseret kasus ini setelah Polda Metro Jaya menetapkan keduanya sebagai tersangka pada 10 Juli 2014, lalu. Mereka ditetapkan sebagai tersangka setelah penyidik Polda Metro melakukan gelar perkara. Berbagai bukti seperti keterangan korban, visum, keterangan saksi dan hasil olah TKP (Tempat Kejadian Perkara) menjadi pegangan polisi untuk memproses lebih lanjut Ferdi dan Neil.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER