Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Abraham Samad, menekankan pentingnya perombakan sistem dalam suatu kelembagaan pemerintahan negara. Samad mengambil institusi pimpinannya sebagai contoh untuk penerapan kode etik yang ketat.
"Di kementerian lain mungkin senyum itu lumrah, tapi di KPK senyum bisa jadi masalah," ujar Samad saat memberikan sambutan di acara penandatanganan MoU dengan KemenPANRB di kantor kementerian di Jakarta, Jumat (14/11).
Kalimat tersebut merupakan perumpamaan yang dipakai Samad untuk menunjukkan betapa ketatnya pengawasan kode etik di lingkungan KPK.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Samad, selain pembangunan moral individu, perubahan sistem juga harus segera dieksekusi secara tegas di berbagai lembaga negara. Hal tersebut telah terlebih dahulu diterapkan dalam lingkungan KPK.
Guna menegaskan maksud, Samad memberikan ilustrasi saat ia mendapat tugas untuk dinas ke Bali. Saat itu, ia mengajak istrinya. Samad mengaku tahu bahwa yang dibiayai oleh negara hanya dirinya. Oleh karena itu, ia harus merogoh kocek pribadi untuk membiayai perjalanan pasagannya.
"Bahkan, kami tidak bisa satu kamar. Istri saya tidak boleh ikut di kamar yang dibiayai negara. Bagaimana caranya supaya kita bisa sekamar? Ya, saya sewa satu kamar," ujar Samad sambil tertawa.
Untuk lebih menjelaskan maksudnya, Samad kembali mengambil contoh. "Orang Indonesia itu terkenal dengan tidak tertibnya, tapi kalau ke Singapura mereka tertib. Karena apa? Singapura menerapkan aturannya dengan jelas," tegasnya.
Untuk itu, selain sistem yang jelas, harus ada pula sistem pengawasan internal. "Korupsi marak terjadi karena keburukan sistem. Jika sistem sudah benar, orang akan tertib. Namun, sistem pengawasan juga harus ketat," kata Samad.