Jakarta, CNN Indonesia -- Penyebaran narkotika di Indonesia dari luar negeri dipastikan tak hanya melintasi udara. Jalur laut hingga darat pun sudah digunakan sebagai arus lalu lintas masuknya narkotika. Tak hanya di Jakarta, beberapa kota di kepulauan Indonesia pun sudah dijadikan target peredaran narkotika yang dikirim dengan cara estafet.
Kasatnarkoba Polres Jakarta Barat, AKBP Gembong Yudha, yang berhasil melumpuhkan pasar narkotika di Kampung Ambon, membeberkan jalur-jalur penyebaran narkotika yang telah dipantau oleh kepolisian, kepada CNN Indonesia, Selasa (4/11) lalu.
(Ikuti Fokus CNN Indonesia:
Perempuan di Balik Lalu Lintas Narkotik)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya itu, Gembong, yang juga pernah duduk sebagai Kasubdit III Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, juga mengungkapkan sebuah teori yang membuat serangan masuknya narkotika di Indonesia seakan tak pernah habis. Namanya teori peluru, berikut uraiannya.
Bagaimana tren pengiriman narkotika ke kota-kota di Indonesia saat iniKalau dari luar negeri, narkotika biasanya dikirim lewat penerbangan direct (langsung). Banyaknya penerbangan internasional yang bisa masuk langsung ke kota-kota selain Jakarta, membuat pengiriman narkotika masih terus berlangsung.
Dari mana biasanya narkotika tersebut dikirim?Sekarang trennya daerah transit adalah Malaysia. Ya, satu, karena dia sudah masuk wilayah Asia. Kedua, mungkin dia anggap proses penjagaan di sana lemah. Kelemahan itu sangat memberikan peluang untuk kemudahan memasukan barang ke negara tujuan. Karena kita lihat, banyak penangkapan yang berasal dari Malaysia. Beberapa kali ada penangkapan yang menggunakan maskapai Malaysia Airlines atau Air Asia.
Ke mana biasanya narkotika itu dikirimkan?Destinasi penerbangan itu kan ada yang dari Malaysia langsung ke kota kecil. Kuala Lumpur-Jakarta, KL-Semarang, KL-Solo, KL-Bandung, di bea cukai ada riwayat penangkapannya semua. Di Bandung pernah, Yogya pernah, Solo, Semarang, kan kota-kota kecil semua. Di sana sudah sering kali dilakukan penangkapan-penangkapan.
Kenapa masuknya narkotika seakan tak pernah berhenti?Dia menggunakan teori peluru. Artinya, semakin banyak peluru ditembakan ke satu arah dalam saat yang bersamaan, semakin banyak kemungkinan yang lolos. Misalkan, barang dengan menggunakan lima kurir yang masuk bersamaan. Kalau yang ketangkap satu orang, artinya masih ada empat yang lolos. Kalau engak dipakai teori itu, gulung tikar, lah.
Biasanya kurir yang tertangkap itu karena apa?Yang tertangkap itu biasanya yang gesturnya terlihat mencurigakan. Ketika mereka datang bersamaan, biasanya mereka dibuat tidak saling kenal. Kalau kenal, ketika satu orang ketangkap terus dicek manifestnya ya bakal ketangkap. Selain itu, kalau saling kenal, pasti yang lain akan terlihat stress kalau melihat temannya tertangkap. Nah, kalau enggak kenal, pasti akan cuek. Yang nyalinya gede pasti lolos.
Kenapa di bandara bisa lolos?X-ray hanya sebagai metal detector. Biasanya, mereka tertangkap karena profiling pelakunya itu. Kasus yang terakhir ditangkap karena orangnya terlihat gelisah. Ketika diperiksa itu paket narkotika sudah ditempel di badannya. Tipis sekali.
Jalur pengiriman lainnya yang sering digunakan?Barang itu kan datangnya jauh. Pasti ada moda transportasinya. Kalau dia pakai kapal laut, itu mungkin juga. Kalau lewat laut biasanya, dia dari negara asalnya turun di Kepulauan Riau. Masuk ke Pekanbaru, Dumai, baru masuk ke sini (Jakarta). Kalau sistem instan memang lewat Bandara.
Selain pengiriman via penerbangan direct ke kota kecil, moda apalagi yang digunakan?Ada kurir antar pulau, ada juga antar kota. Sekarang trennya juga ada yang antar lewat Kereta Api. Saya pernah tangkap 7 kilo sabu di Stasiun Gambir. Dia tujuannya ke Semarang. Di Semarang akan diturunkan 3 Kilo, dan 4 kilo sisanya mau diturunkan di Surabaya. Biasanya, paket di dalam stasiun sudah ada yang menunggu di dekat peron berhentinya kereta.
Apakah berarti jalur laut dan darat lebih aman bagi kurir narkotika?Ya, menurut mereka mungkin begitu. Tapi nyatanya, kita tangkap juga, toh.