Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Sutarman menegaskan pemakaian baju loreng di tubuh Polri tidak akan menjadi masalah besar. Dia juga mengungkapkan alasan lain dikenakannya kembali baju yang identik dengan militer Indonesia tersebut dilakukan karena memiliki nilai historis di tubuh Brimob.
"Baju loreng itu sekian lama tidak dipakai, dipakai kembali. (Baju loreng) ada historisnya," ujar Sutarman ketika diwawancarai di Kantor Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta, Selasa (25/11).
Nilai sejarah tersebut, dikatakan Sutarman, ada pada saat Operasi Trikora digelar pada tahun 1962 oleh pihak militer Indonesia. "Kita harus tahu historis Brimob, berjuang melawan Irian Jaya pada tahun 1962. Baju itu yang dipakai," katanya. Operasi kala itu digelar guna menyatukan Papua Barat dengan Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Sutarman menampik anggapan akan adanya perselisihan dengan anggota TNI saat anggota Polri kembali memakai baju tersebut. "Tidak ada. Tidak mesti (identik dengan TNI)," katanya singkat.
Sebelumnya, Sutarman mengumumkan akan digunakannya kembali seragam loreng oleh Brimob, di Markas Komando Brimob, Kelapa Dua, Jakarta, pada Jumat (14/11). Namun, penggunaan tersebut menuai kritik.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S. Pane, berpendapat penggunaan seragam loreng bagi Brimob dapat memicu arogansi Polri lantaran seragam tersebut identik dengan karakter militer.