Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Komisi III DPR RI Abu Bakar Al Habsyi meminta Kapolri Jenderal Sutarman tegas menangani kasus bentrok antara Polisi dan mahasiswa di Makassar.
Menurutnya, bentrokan di ibu kota Sulawesi Selatan itu seakan sudah jadi hal rutin selama ini. Dalam kejadian terakhir bentrok dalam aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakatr minyak (BBM) seorang warga tewas. Sebelumnya dalam unjuk rasa yang berakhir dengan bentrokan, awak media pun turut jadi korban.
"Saya kira Polri harus meminta maaf atau setidaknya menegur keras terhadap aparatnya yang terlibat keributan di mana saja, baik Batam maupun Makassar," kata politikus Partai Keadilan Sejahtera itu di DPR RI, Jumat (28/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abu bakar mengatakan peristiwa di Makassar bahkan sudah menyinggung sentimen SARA (suku agama ras dan antargolongan).
"Menyentuh musala dan Al-Quran itu sensitif," ujarnya.
Abu Bakar juga berharap Polri jangan melanggar prosedur tetap (Protap) yang mereka buat sendiri.
Sebelumnya diketahui seorang pria bernama Ari Pepe ditemukan tak bernyawa seusai bentrokan mahasiswa dan polisi di Makassar, Kamis (27/11) malam.
Polisi menduga Ari tewas karena terbentur aspal. Dugaan lain Ari tewas karena tertabrak mobil meriam air (
water cannon) milik polisi yang digunakan untuk membubarkan massa.
Korban ditemukan tewas di lokasi aksi setelah mahasiswa dan polisi bentrok di kantor Gubernur Sulawesi Selatan.
Aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas Muslim Indonsia (UMI) Makassar terjadi sejak Kamis siang. Menjelang sore, bentrokan tak terhindarkan karena petugas berusaha membubarkan massa.
Aksi saling lempar terjadi. Polisi dibantu pegawai negeri sipil (PNS) Provinsi Sulawesi Selatan.
Bentrokan baru selesai sekitar pukul 20.00 WITA. Usai bentrok baru diketahui ada korban tergeletak tak bernyawa di jalan. Dari identifikasi yang dilakuan, Ari adalah warga Panakukang, Kota Makassar.