KONTROVERSI GUNUNG PADANG

Arkeolog Bantah Gunung Padang Disebut Piramida

CNN Indonesia
Selasa, 02 Des 2014 14:34 WIB
Arkeolog dari Balai Arkeologi Nasional tetap sepakat menilai Situs Gunung Padang bukanlah piramida seperti yang diwacanakan selama ini oleh tim Ali Akbar.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh datang mengunjungi Situs Gunung Padang ketika muncul kontroversi penggalian Situs menggunakan bor oleh tim arkeolog Ali Akbar pada Rabu (17/09). (CNN Indonesia/Gilang Fauzi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kontroversi mengenai Situs Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat masih terus memanas. Beberapa arkeolog dari Balai Arkeologi Nasional tetap sepakat Situs Gunung Padang bukanlah piramida seperti yang diwacanakan selama ini.

Arkeolog Balai Arkenas, Bagyo Prasetyo, menolak mengatakan Situs Gunung Padang berbentuk piramida.

“Situs Gunung Padang merupakan undak tanah diperkuat dengan bongkahan batu,” kata dia dalam Seminar Arkeologi Situs Gunung Padang di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, pada Selasa (2/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, piramida merupakan bangunan dari batu yang berbentuk limas sementara Situs Gunung Pandang hanyalah undak tanah.

"Janganlah disamakan dengan piramida, itu berbeda," kata Bagyo menegaskan.

Sementara itu, arkeolog dari FIB UI, Ali Akbar, tetap mengindikasikan adanya kemungkinan piramida seperti bentuk candi umumnya di Indonesia pada Situs Gunung Padang.

“Kalau melihat Situs Gunung Padang saat ini, hampir sama seperti bentuk Candi Borobudur pada 1813, yang hanya terlihat pucuknya,” kata dia.


Sampai saat ini, dia mengatakan pihaknya masih melakukan penelitian dan pemugaran Situs Gunung Padang untuk menemukan bentuk sebenarnya, apakah berbentuk limas atau piramida.

Dia mengatakan berdasarkan hasil penelitian timnya, tercatat Situs Gunung Padang terdiri atas lima teras berundak. Teras tersebut memanjang dari utara ke selatan dengan luas bangunan 3.049,59 m2 dan luas tanah 17.196,52 m2.

Sebenarnya, Situs Gunung Padang sudah tercatat oleh seorang geolog Belanda Rogier Verbeek pada tahun 1891. Namun, setelah pencatatan tersebut tidak ada aksi apapun atas temuan tersebut.

"Walaupun sudah dicatat, dia tidak dikunjungi, dicatat, dan diteliti. Baru pada tahun 1979, situs ini baru diteliti lagi," ujar Ali.

Lalu, pada 2011, Tim Katastropik Purba yang diinisiasi Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana melakukan riset kebencanaan di situs ini dan menyatakan terdapat kemungkinan lapisan buatan manusia di bawah permukaan.

Satu tahun berikutnya, yaitu pada 2012, Staf Khusus Presiden menginisiasi terbentuknya Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) yang diketuai oleh Ali Akbar dan geolog Danny Hilman.

Pembentukan dan kinerja tim TTRM dikritik oleh banyak pihak, terutama arkeolog senior dari Balai Arkenas. Cara kerja tim TTRM dengan menggunakan bor untuk eskavasi dinilai berpotensi merusak Situs.

Situs Gunung Padang ditetapkan sebagai situs cagar budaya nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sejak tahun 2014. Situs ini rencananya akan diajukan ke The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya dunia oleh Kemendikbud.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER