Jakarta, CNN Indonesia -- Perampokan dan penodongan di dalam taksi berwarna putih terjadi di Jakarta pekan ini. Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Arthur Josias Simon Runturambi mengatakan, pelaku telah mengamati terlebih dahulu lokasi yang memungkinkan untuk menyergap korban.
"Pengamatan dilakukan oleh pelaku bukan pada orang atau calon korban, tetapi pada lokasi. Baik lokasi tempat penumpang naik maupun lokasi melakukan kejahatan," kata Arthur kepada CNN Indonesia, Kamis (4/12).
(Baca juga:
Pengelola Taksi Express Siap Bantu Polisi)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arthur menjelaskan, kejahatan seperti yang terjadi di dalam taksi tersebut tak mungkin dilakukan secara spontan. Pelaku dipastikan telah terlebih dahulu mengamati dan mengincar sejumlah lokasi yang dinilai cocok untuk berbuat kriminal.
"Tidak mungkin spontan. Karena bagaimana mungkin pelaku masuk ke dalam taksi? Apakah ada kerja sama? Apakah jaringan?" ujar Arthur.
Arthur menyoroti pelaku yang telah terlebih dahulu berada di dalam taksi dan muncul begitu saja dari belakang jok kursi penumpang. Polisi dan perusahaan pengelola taksi harus mampu menjelaskan kondisi tersebut kepada publik.
"Dalam beberapa kasus pelaku masuk dari bagasi belakang, ini tidak bisa ditoleransi. Harus ditampilkan di media massa agar ada pertanggungjawabannya," katanya.
Menurut Arthur, kejahatan di dalam taksi merupakan jenis tindak kriminal yang situasional. Ditambah dengan kerentanan calon penumpang situasi tersebut akhirnya tak bisa dihindari. "Korbannya kan perempuan, pulang malam. Ini memang rentan, sudah diamati," ujar Arthur.
Untuk menjaga keamanan diri sendiri, lanjut Arthur, calon penumpang harus tetap waspada. Penumpang juga mesti tahu betul taksi yang digunakan dan mengenali identitas taksi maupun pengemudi.