Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayor Jendral Fuad Basya mengatakan, Kabupaten Paniai merupakan salah satu daerah rawan konflik di daerah Papua. Ini diutarakannya menyusul peristiwa penembakan yang menewaskan empat warga sipil di daerah itu, Senin (8/12).
"Ini (Paniai) kan daerah rawan. Ada kemungkinan OPM (Organisasi Papua Merdeka)," ujar Fuad di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Kamis (11/12).
Fuad menuturkan pada hari penembakan itu terjadi, suara tembakan pertama kali terdengar dari sebuah gunung yang berada di belakang kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD). Setelah itu, warga kemudian berdatangan ke arah aparat keamanan dengan membawa senjata seperti panah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat kondisi seperti itu, Fuad berujar, aparat kemudian memberikan peringatan-peringatan sebelum akhirnya mengambil langkah preventif dengan mengeluarkan tembakan peringatan ke atas. (Baca:
Korban Tewas di Paniai Papua Kena Panah dan Tertembak)
"Apakah benar korban terkena tembak dari senjata aparat, nanti terjawab setelah penyelidikan selesai," ucapnya. Fuad berjanji, jika pelaku penembakan terbukti merupakan anggota TNI, lembaganya akan mengambil tindakan keras.
Ia menambahkan, hal yang sama juga akan dikenakan pada anggota TNI yang diduga mengendarai motor ke pemukiman warga tanpa lampu serta memukuli seorang anak berusia 12 tahun. "Tapi kecil kemungkinan 13 anggota TNI melawan anak 12 tahun dengan popor senjata," ujarnya.
Sebelumnya di tempat yang sama, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengaku heran dengan stigma yang diberikan publik kepada aparat keamanan. Menurutnya, kalau ada rakyat terkena tembakan, TNI/Polri selalu dianggap melangggar HAM. Sebaliknya, jika aparat TNI/Polri tertembak, warga tidak disebut pelanggar HAM. "Itu melanggar HAM juga. Sama-samalah," katanya.