RUSUH DI PAPUA
Komnas HAM Kirim Tim Investigasi ke Pania Papua
CNN Indonesia
Jumat, 12 Des 2014 09:45 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) membentuk tim investigasi independen untuk mengusut kasus penembakan lima orang remaja di Paniai Timur, Papua.
"Tim terdiri dari komisioner Otto Nur Abdullah dan tiga staf Komnas HAM perwakilan Papua untuk lihat anatomi persoalan," kata Ketua Komnas HAM Hafid Abbas saat dihubungi CNN Indonesia, Kamis malam (11/12).
Tim tersebut, katanya, akan menindaklanjuti kasus penembakan Painai termasuk mengapa ada korban anak di bawah umur. papua
Selain tim inti, Komnas HAM jug akan mengerahkan tim tambahan pada Senin pekan depan.
Hafid mengatakan tim inti tiba di Painai Jumat (12/12) pagi ini dan langsung memulai tugasnya.
"Hari ini (Kamis) mereka berangkat dari Jayapura naik pesawat dua jam ke Nabire, dari Nabire delapan jam ke Paniai (melalui jalan darat)," katanya.
Lebih jauh lagi, Hafid menuturkan tim investigasi ditugaskan untuk mendapatkan data otentik dari tempat kejadian. Tim akan melihat tempat kejadian dan mencari tahu mengapa banyak warga menjadi korban dan banyak pihak terlibat.
Kemudian, tim juga akan melakukan wawancara dengan berbagai pihak seperti Polisi Daerah (Polda) Metro Jaya, Komando Daerah Militer (Kodam), Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), tokoh masyarakat dan tokoh ada Papua.
Di Painai, tim akan bertanya mengenai kondisi masyarakat di sana serta mencari tahu latar belakang dan penyebab masalah. Selain itu, pihaknya juga memetakan aktor yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
Selain mendapatkan data di lapangan, tim investigasi juga akan mengkaji kebijakan terkait kisruh tersebut.
"Kami ingin melihat hal-hal yang bersifat kebijakan kenapa bisa terjadi rentetan persoalan ini. Apakah karena otonomi khusus," kata Hafid.
Kajian tersebut juga akan ditelaah merujuk pada kondisi sosial di ibukota, provinsi, kabupaten, dan pelosok.
Selain itu, tim investigasi juga akan mengkaji sejumlah laporan ihwal konteks kasus tersebut di Paniai.
"Kami juga ingin melihat laporan berbagai kalangan, pihak gereja, universitas, LSM, kantor wilayah Kemenkumham dan dari pihak manapun," ujarnya.
Kemudian hasil telaah tersebut akan direkomendasikan kepada pemerintah menjadi bukti hukum yang otentik.
Sebelumnya, sebanyak lima warga sipil tewas ditembak pelaku yang belum dapat ditemukan, Senin (8/12). Mereka adalah Simo Degei (18), Octianus Gobai (18), Alfius Youw (17), Yulian Yeimo (17), dan Abia. Sementara itu belasan anak-anak di bawah umur terluka dan dirawat di rumah sakit.
Penembakan terjadi saat warga sipil Paniai melakukan aksi protes di lapangan Karel Gobai, Kampung Madi, Distrik Painai Timur, kota Enarotali akibat penyerangan aparat terhadap anak 12 tahun.
Menurut keterangan lembaga Human Rights Watch pertikaian antara warga dan aparat dimulai lantaran Tim Khusus 753 menyerang anak berusia 12 tahun, Yulianus Yeimo. Tak terima diserang, pemuda sekitar lantas melempari personel dengan batu.
Serangan Tim Khusus tersebut disinyalir merupakan bentuk balasan kepada sekelompok anak-anak dan remaja, termasuk Yeimo, yang meneriaki Tim Khusus 753 sebelumnya.
"Tim terdiri dari komisioner Otto Nur Abdullah dan tiga staf Komnas HAM perwakilan Papua untuk lihat anatomi persoalan," kata Ketua Komnas HAM Hafid Abbas saat dihubungi CNN Indonesia, Kamis malam (11/12).
Tim tersebut, katanya, akan menindaklanjuti kasus penembakan Painai termasuk mengapa ada korban anak di bawah umur. papua
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hafid mengatakan tim inti tiba di Painai Jumat (12/12) pagi ini dan langsung memulai tugasnya.
Lebih jauh lagi, Hafid menuturkan tim investigasi ditugaskan untuk mendapatkan data otentik dari tempat kejadian. Tim akan melihat tempat kejadian dan mencari tahu mengapa banyak warga menjadi korban dan banyak pihak terlibat.
Kemudian, tim juga akan melakukan wawancara dengan berbagai pihak seperti Polisi Daerah (Polda) Metro Jaya, Komando Daerah Militer (Kodam), Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), tokoh masyarakat dan tokoh ada Papua.
Di Painai, tim akan bertanya mengenai kondisi masyarakat di sana serta mencari tahu latar belakang dan penyebab masalah. Selain itu, pihaknya juga memetakan aktor yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
Selain mendapatkan data di lapangan, tim investigasi juga akan mengkaji kebijakan terkait kisruh tersebut.
"Kami ingin melihat hal-hal yang bersifat kebijakan kenapa bisa terjadi rentetan persoalan ini. Apakah karena otonomi khusus," kata Hafid.
Kajian tersebut juga akan ditelaah merujuk pada kondisi sosial di ibukota, provinsi, kabupaten, dan pelosok.
Selain itu, tim investigasi juga akan mengkaji sejumlah laporan ihwal konteks kasus tersebut di Paniai.
"Kami juga ingin melihat laporan berbagai kalangan, pihak gereja, universitas, LSM, kantor wilayah Kemenkumham dan dari pihak manapun," ujarnya.
Kemudian hasil telaah tersebut akan direkomendasikan kepada pemerintah menjadi bukti hukum yang otentik.
Sebelumnya, sebanyak lima warga sipil tewas ditembak pelaku yang belum dapat ditemukan, Senin (8/12). Mereka adalah Simo Degei (18), Octianus Gobai (18), Alfius Youw (17), Yulian Yeimo (17), dan Abia. Sementara itu belasan anak-anak di bawah umur terluka dan dirawat di rumah sakit.
Penembakan terjadi saat warga sipil Paniai melakukan aksi protes di lapangan Karel Gobai, Kampung Madi, Distrik Painai Timur, kota Enarotali akibat penyerangan aparat terhadap anak 12 tahun.
Menurut keterangan lembaga Human Rights Watch pertikaian antara warga dan aparat dimulai lantaran Tim Khusus 753 menyerang anak berusia 12 tahun, Yulianus Yeimo. Tak terima diserang, pemuda sekitar lantas melempari personel dengan batu.
Serangan Tim Khusus tersebut disinyalir merupakan bentuk balasan kepada sekelompok anak-anak dan remaja, termasuk Yeimo, yang meneriaki Tim Khusus 753 sebelumnya.
ARTIKEL
TERKAIT
TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK