Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan pernah diancam bakal diserbu seribu orang. Ancaman ini datang saat ia tengah membenahi Waduk Pluit di Penjaringan, Jakarta Utara, beberapa waktu lalu. Namun, menurut Ahok, ancaman itu tak lantas membuatnya takut. Sebab dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin Jakarta, Ahok mengaku sudah siap mati.
Ahok menceritakan pengalamannya menghadapi ancaman itu di depan puluhan pelajar SMA Santa Laurensia, Tangerang, yang bertandang ke Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (18/12). Kepada para pelajar itu, Ahok berbagi cerita tentang pengalamannya memimpin ibu kota.
Ahok mengatakan informasi soal ancaman penyerbuan itu dia terima dari intelejen. Informasi tersebut menyatakan lebih dari seribu orang yang menolak revitalisasi Waduk Pluit akan mendatangi rumahnya yang juga masih berlokasi di kawasan Pluit, Jakarta Utara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menghadapi ancaman itu, Ahok tak lantas meminta bantuan polisi untuk mengamankan rumahnya, sebab dia tak mau dianggap pengecut bila informasi itu ternyata sebatas isu.
Menurut Ahok, saat itu ia dengan santai berkata kepada keluarganya ada kemungkinan malam itu rumah mereka diserbu. "Saya hanya minta anak tertua saya untuk siap-siap mengisi peluru
airsoft gun," kata ujar mantan bupati Belitung Timur itu.
Anak keduanya lalu bertanya bagaimana kalau mereka sampai tewas dibunuh oleh orang-orang yang disebut bakal menyerbu itu. Ahok menjawab, jika mereka mati akan masuk surga.
"Anak bungsu saya yang masih 7 tahun lalu malah tanya 'Ngapain ke surga? Di rumah sudah seperti di surga,'" tutur Ahok.
Memimpin Jakarta, ujar Ahok, tak cukup bermodal pintar. Perlu juga keberanian, yakni berani untuk mengeksekusi setiap kebijakan demi Jakarta Baru apapun risiko yang harus dihadapi.
Ahok menegaskan, ia memang siap mati demi tugas membenahi Jakarta. Menurut Ahok, baginya lebih baik mati dalam tugas daripada mundur dan dikenang sebagai seorang pemimpin yang gagal dan pengecut.
Ahok bahkan sudah berpesan kepada keluarganya agar jika mati dalam tugas, ia tak dikremasi, cukup dikuburkan di kampung halamannya di Belitung Timur. "Jadi minimal di sana bisa tambah satu objek wisata baru," canda Ahok, disambut tawa puluhan siswa yang mendengar kisahnya.
Meski memimpin Jakarta penuh risiko, Ahok mengaku tak terbebani. Ia mengatakan hanya punya satu tujuan, yaitu melayani, bukan untuk meraih kekuasaan atau jabatan.
"Keluarga saya mau tak mau harus terima risiko ini. Yang penting asuransi gede supaya kalau saya mati, asuransi bisa menanggung anak sampai selesai kuliah," ujar Ahok.
Ahok menjadi Gubernur Jakarta menggantikan Joko Widodo yang terpilih menjadi Presiden RI. Setelah beberapa waktu sempat bertugas tanpa wakil, ia kini telah resmi mempunyai wakil gubernur, yakni Djarot Saiful Hidayat. (Baca:
Disaksikan Megawati, Djarot Sah Jadi Wakil Ahok)