Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan telah menginformasikan adanya pertumbuhan awan Kumulonimbus (CB) pada rute penerbangan M635. Informasi tersebut disampaikan oleh BMKG kepada semua maskapai penerbangan sebelum pesawat lepas landas pada Minggu (28/12).
"Kami sudah memberikan dokumen penerbangan sebagai rujukan menentukan rencana penerbangan," kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya, saat konferensi pers di Kantor BMKG, Senin (29/12).
BMKG menilai adanya awan kumulonimbus bisa berpotensi membahayakan kondisi penerbangan semua maskapai dalam rute M635.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andi mengatakan dalam dokumen penerbangan yang diberikan BMKG ke maskapai penerbangan pada hari hilangnya pesawat AirAsia QZ8501 sudah disertakan keterangan jalur Surabaya ke Singapura memang berpotensi tumbuh awan Kumulonimbus.
"Pada jam 1 pagi hingga pukul 13.00 siang memang ada potensi pertumbuhan awan. Dalam catatan kami, pesawat AirAsia hilang kontak pada pukul 05.20 dan dinyatakan hilang pada 06.20. Ini ada indikasi CB," kata Andi menjelaskan.
Menurut Andi, pertumbuhan awan CB pada malam itu melebar dari Kalimantan sampai Belitung Selatan. Pada pukul 06.00 hingga 07.00 WIB, saat pesawat mendekati Singapura pertumbuhan awan yang semula kecil berangsur menjadi besar.
Awan CB, kata Andi, memang selalu menjadi indikator wilayah yang dihindari oleh pilot karena berbahaya. "Selain banyak petir, ada gerakan awan ke atas dan ke bawah. Itu memang biasanya berbahaya," ucap Andi.
Namun, Andi menekankan bahwa rencana penerbangan bukan tanggung jawab BMKG. "Kami sudah berikan dokumen penerbangan. Setelah itu mereka sendiri yang akan menentukan rencana penerbangan," kata Andi.
Sementara itu, menurut keterangan Direktur Safety & Standard AirNav Indonesia Wisnu Darjono, pada jalur M635 yang dilalui oleh QZ8501 terdapat pula tujuh pesawat lain, yakni Uni Emirate Arab UAE 409 Melbourne - Kuala Lumpur, AirAsia AWQ 502 Singapura - Melbourne, serta AirAsia AWQ 550 Denpasar - Kuala Lumpur, Garuda Indonesia Air GIA 500 Jakarta - Pontianak, Lion Air LNI 320 Jakarta - Pontianak, Lion Air LNI 626 Jakarta - Balikpapan, serta Garuda Indonesia GIA 602 Jakarta - Manado.
Dari semua pesawat di rute M635, hanya pesawat AirAsia QZ8501 yang terbang paling rendah, yakni 32 ribu kaki. Sementara AirAsia AWQ 502 berada di tempat tertinggi, yakni 38 ribu kaki. Kemudian QZ8501 hilang kontak dari radar Bandara Soekarno-Hatta.
Wisnu mengatakan meskipun BMKG sudah menginformasikan tentang potensi awan CB, namun keputusan untuk penerbangan ada sepenuhnya di tangan pilot. "ATC mengatur pelayanan penerbangan, sisanya murni keputusan maskapai dan pilot," kata dia menjelaskan.
Sebelumnya, pesawat AirAsia QZ8501 hilang kontak dengan ATC sekitar 30 menit setelah bertolak dari Bandara Juanda, Surabaya, menuju Singapura pada Minggu (28/12). Pesawat tersebut terakhir terlihat di radar sekitar pukul 06.12 WIB dan resmi dinyatakan hilang pada 07.55 WIB.
Pesawat ini mengangkut 155 penumpang dengan rincian 138 penumpang dewasa, 16 anak-anak dan seorang lanjut usia. Sebanyak 149 penumpang merupakan warga negara Indonesia, 3 orang dari Korea Selatan, dan tiga lainnya berasal dari Prancis, Malaysia, dan Singapura. Dalam pesawat tersebut terdapat dua pilot, empat awak kabin, dan seorang mekanik.