PENCARIAN PESAWAT

Awan Badai Hadang 8 Pesawat, QZ8501 dan Garuda Terbang Rendah

CNN Indonesia
Senin, 29 Des 2014 15:54 WIB
Di atas QZ8501 terbang AirAsia 550, Lion Air 320, Lion Air 626, Emirates 406, Air Asia 502, dan Garuda Indonesia 500. Seluruhnya ada di sekitar kumulonimbus.
Operasi pencarian AirAsia QZ8501. (Antara/QZ8501)
Jakarta, CNN Indonesia -- AirNav Indonesia membeberkan data penerbangan di lokasi dan waktu saat AirAsia QZ8501 hilang dari radar. QZ8501 rute Surabaya-Singapura yang membawa 155 penumpang hilang di perairan Selat Karimata antara Tanjung Pandan dan Pontianak, Minggu pagi (29/12).

Saat itu Minggu pukul 06.12 WIB, dan bukan hanya QZ8501 yang melintas di atas Selat Karimata. Bersama QZ8501, terbang pula 7 pesawat lain dalam jarak berdekatan. Total ada 8 pesawat yang melintas di langit yang sedang digayuti cuaca buruk. Ketika itu awan badai kumulonimbus menjulang sekitar 52 ribu kaki.

Dari kedelapan pesawat tersebut, QZ8501 terbang di ketinggian 32 ribu kaki. Di bawahnya ada Garuda Indonesia bernomor penerbangan 602 rute Jakarta-Manado terbang di ketinggian 29 ribu kaki. Kedua pesawat itu terbang paling rendah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara di atas QZ8501 berturut-turut ialah AirAsia bernomor penerbangan 550 dengan rute Denpasar-Kuala Lumpur terbang di ketinggian 34 ribu kaki, Lion Air 320 Jakarta-Pontianak di ketinggian 35 ribu kaki, Lion Air 626 Jakarta-Balikpapan di ketinggian 36 ribu kaki, Emirates 406 Melbourne-Kuala Lumpur di ketinggian 36 ribu kaki, Air Asia 502 Denpasar-Singapura di ketinggian 38 ribu kaki, dan Garuda Indonesia 500 Jakarta-Pontianak di ketinggian 50 ribu kaki.

“Pesawat lain lebih banyak terbang di ketinggian 34, 36, dan 38 ribu kaki. Dia (QZ8501) termasuk yang paling rendah,” kata Direktur Safety and Standard AirNav Indonesia, Wisnu Darjono, di Kantor Otoritas Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, Senin (29/12).

Pukul 06.12 WIB itu, pilot QZ8501 minta menaikkan ketinggian pesawat ke 38 ribu kaki untuk menghindari awan kumulonimbus. Namun permintaan itu tak segera dikabulkan Air Traffic Controller (ATC) Bandara Soekarno-Hatta, sebab mereka harus lebih dulu mengecek posisi pesawat-pesawat lain yang berada di sekitar QZ8501.

QZ8501 diminta untuk menunggu pada posisi standby. Dua menit kemudian, pukul 06.14 WIB, ATC meminta QZ8501 untuk naik ke ketinggian 34 ribu kaki. Namun panggilan ATC itu tak dijawab QZ8501. Komunikasi terputus meski QZ8501 masih terlihat di radar. ATC kemudian meminta tolong kepada pesawat AirAsia lain yang terbang tepat di atas QZ8501, namun QZ8501 keburu menghilang dari radar.

“Penerbangan memang padat, tapi itu tidak jadi alasan (pesawat celaka). Separasi antara pesawat yang satu dengan yang lain cukup. Itu menghindari (awan badai) ke kanan dan kiri bisa,” ujar Wisnu.

Ia menyatakan awan kumulonimbus tidak menyedot pesawat. “(Mungkin QZ8501) kena empasan angin ke bawah. Teorinya seperti itu, sebab terbang di bawah kumulonimbus berbahaya,” kata Wisnu. (Baca Lapan: AirAsia Diduga Masuk Awan Badai Kumulonimbus)

Wisnu menegaskan, pilot QZ8501 telah tahu persis kondisi cuaca dalam rute penerbangan mereka sebelum pesawat berangkat. Setiap maskapai telah menerima prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofosika (BMKG).

Hal tersebut dibenarkan BMKG. Secara terpisah, Kepala BMKG Andi Eka Sakya menyatakan lembaganya telah menginformasikan adanya pertumbuhan awan kumulonimbus yang dapat membahayakan penerbangan. Awan itu melebar dari Kalimantan sampai Belitung Selatan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER