Jakarta, CNN Indonesia -- Wisnu Darjono, Direktur Safety & Standard AirNav Indonesia, mengungkapkan sekitar 10 ribu pesawat milik puluhan maskapai domestik dan internasional melintas di langit Indonesia setiap harinya. Jalur penerbangan yang dilewati oleh pesawat AirAsia QZ8501 dinilai sebagai yang terpadat kelima di dunia.
"Jalur itu jalur terpadat kelima di dunia, zona antara Singapura, Jakarta, Surabaya, Australia dan Bali," ujarnya kepada CNN Indonesia, Selasa (30/12).
Menurut Wisnu, kepadatan lalu lintas udara Indonesia tersebut meliputi pesawat-pesawat milik maskapai domestik, internasional, maupun pesawat carter. "Hampir semua maskapai melintas di Indonesia, termasuk pesawat-pesawat internasional yang menuju Singapura dan Austalia. Bisa dari Asia Timur, Timur Tengah dan sebagainya," jelasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wisnu mengatakan lalu lintas penerbangan di Indonesia tidak setinggi Eropa, yang merupakan zona penerbangan terpadat di dunia. Namun Indonesia memiliki kemiripan karakteristik wilayah udara dengan Benua Biru.
"Indonesia termasuk jalur padat, terutama yang lewat di atas pulau Jawa, tapi yang terpadat jalur Medan-Jakarta-Surabaya-Bali," tuturnya.
Kendati padat, Wisnu Darjono mengatakan ruang udara Indonesia masih memungkinkan untuk dilewati oleh banyak pesawat. Manajemen lalu lintas penerbangan Indonesia juga masuk kategori baik dan berstandar internasional sesuai dengan hasil audit dari International Civil Aviation Organization (ICAO).
"Buktinya pesawat-pesawat internasional diizinkan lewat Indonesia," ujar Wisnu.
Tidak NormalWisnu Darjono mengatakan saat pesawat QZ8501 melintas di atas perairan Tanjung Pandan ada sekitar tujuh pesawat yang terbang bersamaan pada ketinggian yang berbeda-beda. Kondisi tersebut normal mengingat rata-rata sekali pemindaian radar bisa delapan sampai sepuluh pesawat. "Bahkan kalau sedang ramai bisa 15 pesawat," katanya.
Dia menilai tidak ada yang janggal dengan kondisi pesawat QZ8501 maupun manajemen lalu lintas penerbangan oleh Air Traffic Control (ATC) sebelum kontak terputus. Menjadi hal yang wajar jika pilot pesawat QZ8501 meminta izin ATC untuk menghindari kumpulan awan yang dinilai membahayakan penerbangan.
"Dari sisi komunikasi sangat normal saja. Tapi tidak ada apa-apa tiba-tiba hilang kontak, tanpa ada ekspresi
emergency. Nah ini sangat tidak normal jika tiba-tiba
lost contact, pasti ada sesuatu," tuturnya.
Menurutnya, setiap pabrikan pesawat pasti telah melakukan uji turbulensi dalam kondisi ekstrim terhadap produknya sebelum di lepas ke pasar. Pesawat juga dilengkapi berbagai fitur keamanan hingga radar untuk memindai kondisi penerbangan dengan radius cakupan sekitar 150-200 mil.
"Dalam keadaan darurat, di mana pilot sempat menyatakan sesuatu, tentu saja ada aturan dia harus mengatakan mayday, mayday,maydat. Tapi bisa saja pilot tidak sempat mengatakannya ketika terjadi kecelakaan," tuturnya.