Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat penerbangan, Dudi Sudibyo menegaskan setiap penerbangan di wilayah udara dalam negeri wajib menggunakan laporan cuaca yang dikeluarkan oleh otoritas cuaca nasional, yakni BMKG. "Setiap pesawat yang berangkat mesti memiliki kelengkapan laporan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Itu merupakan sebuah kewajiban, selain laporan cuaca dari otoritas internasional atau negara lain," kata dia saat dihubungi CNN Indonesia, Jumat (2/1).
Sebelumnya pihak BMKG Bandar Udara Internasional Juanda mengkonfirmasi adanya keterlambatan pihak AirAsia mengambil laporan cuaca dari lembaganya pada hari keberangkatan pesawat ke Singapura, Ahad lalu. AirAsia baru mengambil laporan cuaca pada pukul 07.00 WIB, sedangkan penerbangan QZ8501, bertolak dari Surabaya pukul 05.36 WIB.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Bandara Juanda Bambang Setiajid mengatakan ada kemungkinan pihak AirAsia menggunakan laporan cuaca dari perusahaan induk di Singapura atau Malaysia.
Seharusnya, kata Dudi, maskapai nasional tetap berpatokan kepada laporan milik otoritas nasional, sedangkan laporan cuaca dari otoritas internasional hanya bersifat pelengkap dan sampingan saja. Laporan tersebut semestinya tidak dijadikan informasi utama saat pesawat melakukan sebuah penerbangan di wilayah udara dalam negeri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senada dengan Dudi, pakar penerbangan lainnya, Hanna Simatupang, mengatakan semestinya pilot membuat rencana penerbangan sebelum lepas landas. Untuk membuat rencana tersebut, pilot membutuhkan laporan perkiraan cuaca dari BMKG.
"Pilot sebelum berangkat membuat flight plan (rencana penerbangan) termasuk rute yang dilalui dan berapa kecepatannya. Itu dihitung berdasarkan laporan (cuaca) yang diterima dari BMKG," ujar Hanna kepada CNN Indonesia.
Rencana penerbangan tersebut, selanjutnya diserahkan kepada menara pengawas atau
Air Traffic Controller (ATC) melalui petugas
Flight Operation Officer (FOF).
Petugas tersebut juga membawa berkas lain seperti data manifes penumpang, manifes kargo, dan kesiapan mesin serta roda. "Ini dicatat oleh menara pengawas."
Namun, mantan penyidik Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) itu juga mengkritik kinerja BMKG. Menurutnya, perbaruan cuaca BMKG setiap 10 menit sekali bisa mempengaruhi rencana penerbangan seorang pilot.
"Kalau bisa jangan segitu, kalau bisa
real time. Hal-hal seperti itulah yang diperhatikan. Kedengarannya sepele tapi itu sangat membantu para pilot untuk melakukan perbaikan di dalam penetapan flight plan," ujarnya.
(utd/sip)