EVAKUASI AIRASIA

Nenek Leoni Masih Berharap Anak Cucunya Kembali

Hafidz Mukti | CNN Indonesia
Selasa, 06 Jan 2015 18:25 WIB
Sudah memasuki hari kesepuluh pencarian korban AirAsia QZ8501 dan nenek Leoni berharap bisa memberikan kecupan terakhir ke keluarganya.
Leoni salah satu keluarga korban penumpang QZ8501 menceritakan kisahnya kepada CNN Indonesia di Ruang CrisisCentre Mapolda Jawa Timur, Selasa (6/1). (CNN Indonesia/ Hafidz)
Surabaya, CNN Indonesia -- "Tubuh ini lelah namun saya tidak akan menyerah." Itulah yang diucapkan Leoni, nenek dari dua cucu yang menjadi penumpang pesawat nahas AirAsia QZ8501. Setelah memasuki hari kesepuluh pencarian korban, perempuan paruh baya itu akhirnya mau bercerita. Leoni tahu pada akhirnya berbagi cerita akan membantunya meringankan semua beban di pundaknya. 

Ditemani seorang pendeta, dia bercerita kepada CNN Indonesia di ruang pusat krisis AirAsia QZ8501, Markas Polda Jawa Timur, Selasa (6/1).

Leoni yang bertubuh mungil dan mengenakan kacamata ini tampak tegar ketika menceritakan haru biru yang ia pendam selama ini. Namun, dari sorot matanya, tampak kesedihan mendalam yang tak bisa ia kuasai selama sepekan lebih ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di hari ke sepuluh ini, saya tetap berharap keajaiban dan masih terus berharap," kata Leoni.

Harapan itu ia butuhkan sebagai penguat hatinya untuk bertahan hari demi hari paska mengetahui bahwa kedua cucunya, yakni Angeline Esther (3) dan Adrian Fernando (13), menjadi penumpang pesawat yang jatuh di perairan Kumai, Kalimantan Tengah tersebut.

Saat kejadian, kedua cucunya duduk satu jajar dengan sang Ibu Lia Sari dan ayahnya Mulyahadikusuma Ranuwidjojo di deret kursi nomor 16 A hingga D. Mereka naik pesawat terbang untuk merayakan pergantian tahun baru di Singapura.

Leoni kemudian bercerita semestinya keempat anggota keluarganya berangkat menuju Singapura pada penerbangan AirAsia pukul 07.30 Waktu Indonesia Barat (WIB). Namun, pihak AirAsia menghubungi keluarga tersebut untuk ikut penerbangan QZ8501.

"Kalau mereka berangkat jam setengah delapan mungkin kejadiannya tak akan seperti ini. Kok, mereka berangkat pukul itu. Mereka tidak berdosa, cucu-cucu saya masih kecil. Kalaupun mereka tak selamat, saya yakin Tuhan telah mendekapnya di surga," kata Leoni mulai terisak.

Leoni mengatakan menurutnya diperlukan waktu selama sepuluh hari untuk akhirnya bisa bernafas tenang dan teratur. Meski, ia mengakui sulit terlelap selama rentang waktu tersebut.

Untungnya, dorongan semangat terus diterimanya dari pendeta gereja tempat Leoni biasa beribadah bersama keluarganya. Semangat juga muncul dalam dirinya melihat perjuangan tanpa henti tim pencarian dan evakuasi penumpang QZ8501.

"Saya melihat di televisi mereka berjuang mati-matian tapi karena kendala cuaca jadi terhambat. Saya sungguh berterimakasih," kata dia.

Ditanya mengenai rencana pemerintah mengganti kompensasi bagi keluarga korban, Leoni menegaskan tidak pernah menginginkannya. Walau tahu kecil kemungkinannya, yang dia inginkan tetaplah berjumpa kembali dengan anak cucunya biarpun itu hanya tulang belulang. Leoni ingin memberikan setidaknya kecupan terakhir kepada mereka pertanda seorang nenek dan orangtua.

"Soal asuransi itu saya tidak pernah mengharapkannya, saya ingin mereka selamat, hidup dan berkumpul kembali. Saya pasrah dan sebisa mungkin ditemukan. Semoga Basarnas kuat dan dapat melakukan tugas sebaik-baiknya."

Sementara itu, pihak AirAsia, mengatakan tidak akan mengendurkan harapan kemungkinan adanya korban yang selamat. Pihaknya tidak akan terlebih dahulu membicarakan perihal asuransi kepada keluarga sebelum jenazah teridentifikasi.

"Saya masih mengasumsikan adanya harapan. Itu kompensasi awal kami berikan satu persatu (bagi yang teridentifikasi) karena kami berharap masih ada yang bertahan," kata Direktur Keamanan dan Keselamatan Air Asia Indonesia Ahmad di Mapolda Jatim, Selasa.

Pihak AirAsia saat ini tengah membicarkaan dengan pemerintah untuk memastikan semua kompensasi diberikan dengan layak. "Kami akan ikuti semua yang diperintahkan pemerintah," ujar Ahmad menegaskan.

Hingga 6 Januari 2015, pihak Disaster Victim Identification (DVI) Polri yang dibantu 29 ahli DVI dari Korea Selatan, Singapura, Australia, Korea Selatan dan Malaysia telah berhasil mengidentifikasi tiga jenazah baru, yaitu kode peti jenazah B033 atas nama Indra Yulianto (51/L) asal Probolinggo, B033 atas nama Hindarto Halim (61/L) asal Surabaya dan B026 atas nama Jou Brian Youvito (19/L) asal Surabaya.

Pihak DVI Polri telah merampungkan identifikasi 16 jenazah, 13 diantaranya telah diserahkan kepada pihak keluarga dan menyisakan 21 jenazah yang belum teridentifikasi dari total 37 jenazah yang berhasil dievakuasi, hingga hari ke-10.

“Jika mereka tidak berhasil ditemukan, saya yakin mereka sudah berada di surga,” ujarLeoni singkat diakhir pembicaraan. (utd/agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER