Jakarta, CNN Indonesia -- Sudah 24 hari berlalu sejak pesawat AirAsia QZ8501 jatuh ke laut, Minggu 28 Desember 2014. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) belum merampungkan investigasi atas kecelakaan itu, namun Menteri Perhubungan Ignasius Jonan memaparkan kronologi jatuhnya QZ8501 dalam Rapat Dengar Pendapat Kementerian Perhubungan dengan Komisi V DPR, Selasa (20/1), untuk memberikan gambaran seputar musibah itu.
Data yang dibeber Jonan itu diambil dari radar, dan sesungguhnya telah diungkap sebagian oleh AirNav Indonesia di pekan pertama kecelakaan terjadi. Informasi pertama yang diberikan Jonan ialah AirAsia naik dengan kecepatan tidak wajar di atas batas normal, yakni 1.400 kaki per menit, enam detik setelah melakukan manuver ke kiri.
Manuver ke kiri, menurut AirNav Indonesia (29/12), dimintakan pilot karena cuaca buruk, dan memang telah diizinkan oleh menara pemantau lalu-lintas udara atau
Air Traffic Controller (ATC) Bandara Soekarno-Hatta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah bermanuver ke kiri, ujar Direktur Safety and Standard Airnav Indonesia Wisnu Darjono, pilot kembali berkomunikasi dengan ATC, meminta izin untuk menaikkan ketinggian pesawat dari 32 ribu ke 38 ribu kaki. Saat itu pukul 06.12 WIB. Permintaan Kapten Irianto tak lantas dikabulkan karena ATC harus mengecek lebih dulu posisi pesawat-pesawat lain yang berada di sekitar QZ8501.
QZ8501 diminta menunggu dalam posisi
standby. Misteri dimulai di detik-detik ini. Pesawat itu mendadak naik dengan kecepatan 1.400 kaki per menit. Lima belas detik kemudian, menurut Jonan, pesawat sudah berada di ketinggian 33.700 kaki –bertambah 1.700 kaki dari posisi semula di 32.000 kaki.
Saat itu kecepatan pesawat 6.000 kaki per menit, membuat Jonan terheran-heran. “Pesawat tempur saja jarang yang bisa naik dengan kecepatan seperti itu,” kata dia.
Sembilan detik kemudian, kecepatan pesawat bahkan sudah mencapai 11.100 kaki per menit. Tiga belas detik selanjutnya, pesawat berada di ketinggian 36.700 kaki. Itu adalah titik puncak ketinggian QZ8501 sebelum akhirnya jatuh dengan kecepatan tinggi pula.
Enam detik setelah berada di ketinggian 36.700 kaki, pesawat turun sebanyak 1.500 kaki, lalu turun lebih jauh sebanyak 7.900 kaki hingga berada pada ketinggian 24.000 kaki, dan akhirnya tak bisa lagi terdeteksi radar.
“Jadi pada menit-menit terakhir (sebelum menghilang dari radar), pesawat naik dengan kecepatan di atas batas normal, setop (di ketinggian 36.700 kaki), dan jatuh dengan kecepatan sangat tinggi. Itu data radar,” ujar Jonan mengakhiri pemaparannya.
Apa yang terjadi sebenarnya dengan AirAsia QZ8501 sehingga tiba-tiba naik dengan kecepatan mengerikan, berhenti sesaat, dan akhirnya terjun bebas ke arah laut? (Baca:
Hari Itu, Pesawat Belok ke Arah Laut Lalu Ditelan Kabut)
KNKT masih terus menginvestigasi penyebab kecelakaan, dan akan menyampaikan laporan awalnya pekan depan, Rabu (28/1). (Baca:
Hasil Investigasi Jatuhnya QZ8501 Ditampilkan di Situs KNKT)
(agk)