Jakarta, CNN Indonesia -- Personel Tentara Nasional Indonesia yang selama ini membantu pencarian dan evakuasi korban AirAsia QZ8501 tak akan terlibat lagi dalam operasi Basarnas. Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan SAR Nasional F Henry Bambang Soelistyo saat konferensi pers di Gedung Basarnas, Kemayoran, Jakarta, Rabu (28/1).
"Saya ucapkan terima kasih terhadap unsur TNI yang telah menjalankan skenario yang dibuat pada Sabtu, 17 Januari," kata Soelistyo.
TNI tidak lagi dilibatkan setelah berdasarkan evaluasi, selama dua hari terakhir tidak ada tambahan korban, baik di luar pesawat atau di dalam badan pesawat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soelistyo menegaskan penarikan unsur TNI tidak berarti operasi pencarian korban QZ8501 dihentikan. "Selama saya sebagai Koordinator SAR belum menyatakan operasi ditutup, maka operasi tetap berlanjut," kata dia.
Mengenai jumlah armada yang akan berkurang akibat penarikan TNI, Soelistyo mengatakan kekuatan pencarian tidak akan melemah. Bahkan saat ini satu sistem pencarian bawah air sedang dipasang di salah satu kapal Basarnas.
"Peralatan deteksi bawah air didapatkan dari asosiasi surveyor laut Indonesia," ujar Soelistyo.
TNI selama ini turut membantu operasi pencarian dan evakuasi QZ8501 dengan mengerahkan armada laut maupun udara. Untuk armada laut, TNI mengerahkan antara lain KRI Sutedi Senaputra, KRI Kodak, KRI Pattimura, KRI Banda Aceh dan KRI Sultan Hasanuddin.
Sementara untuk armada udara, TNI mengoperasikan di antaranya pesawat pengintai Boeing 737 dan Hercules. Saat acara tabur bunga di laut awal Januari, TNI juga mengerahkan 10 Hercules dan CN-295 untuk mengangkut keluarga korban.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko juga turut menyaksikan langsung proses pencarian dari Pangkalan Udara Iskandar Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Dia juga sempat naik KRI Banda Aceh dan ikut serta dalam pencarian objek pesawat di sektor prioritas II operasi.
(utd/agk)