Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Kesehatan RI, Nila Djuwita Moeloek, mengatakan akan mendalami laporan korban pencemaran timbel dari pabrik peleburan aki di Desa Cinangka, Bogor. Hal itu dilakukan setelah lembaga non-pemerintah Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) memberikan data lengkap terkait kasus ini, pada Jumat pekan lalu.
"Ibu Menteri akan mencoba menindaklanjuti (kasus ini). Oleh karena itu, Pak Ahmad (Direktur Eksekutif KPBB) diminta memberikan data lengkap untuk kemudian dapat dilakukan studi epidemiologi," ujar Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan, Murti Utami.
Rencananya, data yang sudah dikumpulkan oleh KPBB akan diberikan pada hari ini. Setelah itu, akan diperiksa kembali data-data tersebut oleh Kemenkes untuk memutuskan kebijakan apa yang akan diambil, mengingat permasalahan ini sudah berlarut sejak Menteri Kesehatan sebelumnya menjabat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menurut informasi, sudah ada pertemuan antara KPBB dengan Menteri yang lalu. Memang sudah ditanggapi, tetapi itu baru pertemuan awal. Sekarang Ibu Menteri meminta data untuk bukti yang lebih kuat agar dapat diteliti," ujar Murti.
"Data yang didapat dari LSM membuat kami tidak bekerja dari nol, jadi data ini akan memperkuat bukti (kasus)," ujar Murti menambahkan.
Lebih jauh, Murti menjelaskan, permasalahan seperti ini sebenarnya tidak dapat langsung diselesaikan oleh Kemenkes sendiri. Perlu adanya koordinasi antara Kemenkes dengan para stakeholders terkait agar penanganan dan penyelesaian yang diterima menjadi tepat sasaran.
"Kesehatan adalah dampak dari hulu mengenai apa yang sebelumnya terjadi. Jadi, tidak bisa semua menjadi tanggung jawab Kemenkes. Mungkin bisa Kementerian Sosial atau Kementerian Lingkungan Hidup," ujar Murti.
Oleh karena itu, menjadi penting bagi Kemenkes untuk melakukan penelitian lebih jauh sehingga dapat diketahui keterkaitan permasalahan ini.
Sementara itu, untuk langkah awal, Menkes akan meminta data korban pencemaran timbel yang terdiri dari anak-anak keterbelakangan mental kepada KPBB beserta alamat mereka untuk dikomunikasikan kepada Kemensos. "Untuk kemudian dimasukkan ke dalam program Kartu Indonesia Sehat," ujar Murti menambahkan.
KPBB bersama beberapa warga korban pencemaran timbel dari pabrik peleburan aki di Bogor mendatangi kantor Kemenkes pada Jumat (30/1) siang. Mereka menuntut perhatian lebih dari pemerintah pusat agar dapat memberikan rehabilitas kesehatan bagi para korban ini.
Penuntutan warga ini bukan tanpa alasan. Banyak dari mereka memiliki anak yang mengalami keterbelakangan mental dan pertumbuhan fisik yang tidak seimbang.
Setelah dilakukan pengecekan darah oleh KPBB, diketahui anak-anak di Desa Cinangka memiliki kadar timbel rata-rata 36,62 mg/dL, sementara menurut WHO, batas normal kadar timbel yang dapat ditolerir di dalam darah maksimal 10 mg/dL.
Perlu diketahui, Desa Cinangka tercemar oleh timbel yang diemisikan dari pabrik peleburan aki bekas. Peleburan ini kemudian menyebar melalui udara dan mengendap di tanah.
Zat beracun dari peleburan timbel umumnya masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan dan menyebabkan gangguan kesehatan, seperti penurunan kemampuan reproduksi, gangguan sistem pencernaan, kelahiran prematur, abortus.
Lebih berbahaya lagi bagi anak-anak karena mengakibatkan kerusakan syaraf, keterbelakangan mental, penurunan IQ, dan bahkan kematian.
(meg/sip)